PUASA Arafah merupakan amalan sunnah yang nilai pahalanya sangat luar biasa. Namun, ada perbedaan jadwal antara hari wukuf di Arab Saudi dengan keputusan hari Arafah di Indonesia.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebut bahwa puasa Arafah bisa menghapus dosa satu tahun lalu dan setahun yang akan datang.
“Puasa Arafah (9 Zulhijjah) dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” (HR. Muslim)
Namun begitu, ada perbedaan tanggal dan hari antara jadwal pelaksanaan wukuf di Arab Saudi dengan keputusan hari Arafah di Indonesia. Pemerintah Arab Saudi memutuskan wukuf pada hari Sabtu, sementara pemerintah memutuskan hari Arafah pada Ahad.
Pertanyaannya, ikut yang mana? Bukankah puasa Arafah merujuk pada momen wukuf di Arab Saudi.
Menjawab masalah ini, Ustaz Adi Hidayat (UAH) dari video Youtubenya, menjelaskan. Bahwa, hadis tentang puasa Arafah disebutkan dengan tiga kata: shiyamu yaumi arafah atau puasa hari arafah. Bukan dengan puasa arafah saja.
Karena ada kata ‘yaumu’, masih menurut UAH, di hadis itu, maka hal itu menunjukkan keputusan waktu yang berlaku di wilayah tersebut.
Maka, puasa Arafah bisa mengikuti ketentuan hari yang diputuskan pemerintah setempat, bukan mengikuti jadwal wukuf pemerintah Arab Saudi.
Hal ini wajar karena adanya perbedaan waktu sekitar empat jam antara Arab Saudi dengan Indonesia. Bahkan dengan wilayah Papua, perbedaannya bisa enam jam.
Jika negara-negara yang lokasinya tak jauh dari Arab Saudi, seperti Bahrain, Qatar, Kuwait, Libia, dan lainnya bisa mengikuti jadwal wukuf pemerintah Arab Saudi.
Jadi, apakah bisa berpuasa Arafah mengikuti jadwal hari Arafah pemerintah setempat meskipun ada perbedaan dengan hari wukuf Arafah di Arab Saudi? Jawabannya sangat bisa. Dan, insya Allah, pahalanya tetap sebagai Puasa Arafah. [Mh]