KAPAN puasa arafah dilakukan? Apakah penentuan Lebaran Haji (10 Dzulhijjah) karena wukuf di Arafah atau tanggal 9 Dzulhijjah di masing-masing negeri?
Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan bahwa hari raya dan aktivitas shaum sunnah arafah, shalat id-nya, dan menyembelih qurban, adalah ditentukan oleh tanggalnya yaitu 9, 10, 11, 12, 13 Dzulhijjah.
Walau SEANDAINYA di tanah suci tidak berlangsung wukuf tanggal 9 Dzulhijjah, tapi tanggal 9 Dzulhijjah itu sendiri akan tetap berlangsung di negeri manapun.
Imam Al Kharasyi Al Maliki mengatakan bahwa puasa Arafah itu ditentukan tanggal 9 Dzulhijjahnya. Beliau berkata:
(قَوْلُهُ: وَعَرَفَةَ وَعَاشُورَاءَ) هَذِهِ الْمَوَاسِمُ الْمُشَارُ بِقَوْلِهِ وَغَيْرِهِ مِنْ الْمَوَاسِمِ، وَعَاشُورَاءُ وَنِصْفُ شَعْبَانَ مَوْسِمٌ مِنْ حَيْثُ الصَّوْمُ وَغَيْرُهُ مِمَّا يُطْلَبُ فِيهِ، وَالْمَوَاسِمُ جَمْعُ مَوْسِمٍ الزَّمَنُ الْمُتَعَلِّقُ بِهِ الْحُكْمُ الشَّرْعِيُّ وَلَمْ يُرِدْ بِعَرَفَةَ مَوْضِعَ الْوُقُوفِ بَلْ أَرَادَ بِهِ زَمَنَهُ وَهُوَ الْيَوْمُ التَّاسِعُ مِنْ ذِي الْحِجَّةِ
“Hari Arafah dan Asyura -sebagaimana yang disebutkan- adalah salah satu dari musim-musim ibadah. Jika ditinjau dari sisi puasa, maka Hari Asyura’ dan Nisfu Sya’ban dan yang lainnya adalah musim ibadah yang dituntut untuk berpuasa pada musim tersebut.
Musim adalah waktu yang terkait dengan suatu hukum syariat. Bukanlah yang dimaksud dengan lafal “Arafah” adalah tempat wukuf, akan tetapi yang dimaksud adalah waktunya, yaitu waktu wukufnya, 9 Dzulhijjah.”
(Syarh Mukhtashar Al-Khalil, 2/234)
Baca Juga: Puasa Arafah : Penebus Dosa Satu Tahun Sebelum dan Sesudah
Puasa Arafah Bukan Ditentukan Wukuf
Hal ini berdasarkan hadits:
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِى الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنَ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ
Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berpuasa tanggal 9 Dzulhijjah, hari Asyura, tiga hari setiap bulan, Senin pertama setiap bulan, dan dua kali Kamis.
(HR. An Nasa’i No. 2417, shahih)
Kenyataan sejarah juga menunjukkan bahwa puasa Arafah, dan shalat Idul Adha (sudah ada sejak 2 Hijriyah) alias SEBELUM Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melakukan ibadah haji.
Dengan kata lain, sudah ada sebelum adanya Wukuf. Tentunya, patokan saat itu bukan Wukuf karena wukufnya belum ada baik tahun 2,3,4,5 sampai setahun sebelum haji wada’.
Al Hafizh Ibnu Hajar menyebutkan bahwa puasa Arafah sudah dikenal dan biasa dilakukan oleh generasi awal Islam di masa Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabat. (Fathul Bari, 6/268)
Artinya “kebiasaan” ini menunjukkan bahwa shaum Arafah (9 Zulhijjah) dan Shalat Idul Adha (10 Zulhijjah) itu terjadi karena waktunya, bukan semata-mata adanya wukuf, sebab wukuf baru dilakukan tahun 10 Hijriyah saat haji wada’.
Itulah wukuf satu-satunya yang Nabi Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam lakukan, hanya sekali. Sejarah ini menunjukkan ibadah-ibadah tersebut sudah dilakukan walau belum ada haji kaum muslimin.
Wallahu a’lam bish Shawwab. Semoga penjelasan tentang puasa arafah bukan ditentukan oleh wukuf ini bermanfaat buat kamu.[ind]