BERDAMAI dengan kondisi diri dan pasangan ditulis oleh Cahyadi Takariawan, Konselor Ketahanan Keluarga, pendiri Wonderful Family Institute.
Kebencian, pertengkaran dan permusuhan antara suami dan istri, kerap dipicu oleh cara pandang dan dugaan yang buruk kepada pasangan.
Segala tindakan dan ucapan pasangan dimasukkan dalam kerangka berpikir yang negatif sehingga hati dan pikiran tidak bisa tenang serta tenteram.
Syaikh Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad Al Badr dalam kitab Rifqan Ahlu as-Sunnah bi Ahli as-Sunnah mengutip pernyataan Umar bin Khaththab:
“La tazhunnu bikalimatin kharajat min akhikal mu’min illa khairan, wa anta tajidu laha fil khairi mahmalan.”
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
View this post on Instagram
“Janganlah engkau berprasangka terhadap perkataan yang keluar dari saudaramu yang beriman, kecuali dengan persangkaan yang baik. Dan hendaknya engkau selalu membawa perkataannya itu kepada prasangka-prasangka yang baik.”
Pesan Umar bin Khathab di atas berlaku secara umum dalam pergaulan sesama insan beriman. Tentu saja juga berlaku dalam rumah tangga orang beriman.
Antara suami dan istri hendaknya selalu mengembangkan cara pandang positif, husnuzhan, memberikan makna positif atas apa yang diucapkan pasangannya. Ini akan membawa kedamaian dalam rumah tangga.
Bagaimana bisa benci dengan pasangan, jika yang Anda simpan hanyalah kebaikan dan kelebihannya?
Berdamai dengan Kondisi Diri dan Pasangan
Bagaimana bisa dendam dengan pasangan, jika yang Anda ingat hanyalah sisi-sisi positif darinya?
Tentu semua manusia memiliki kekurangan dan kelemahan. Bukan hanya pasangan Anda yang memiliki kekurangan, dalam diri Anda juga memiliki banyak kekurangan.
Maka bersabarlah, bersikaplah toleran atas kekurangan dan kelemahan pasangan.
Kembangkan cara pandang positif terhadap pasangan, Anda akan bahagia selamanya dalam rumah tangga. Insyaallah.[Sdz]