ChanelMuslim.com – Pada artikel ini akan membahas surah Yusuf ayat 6-10. Dimana mula-mula Allah memilih Nabi Yusuf sebagai hamba yang diberi ujian sangat berat dan dari ujian ini Allah beri kenikmatan kepada Nabi Yusuf berupa kemampuan menakwilkan mimpi.
Ini tentunya hanya diberikan kepada orang-orang yang shalih dan memiliki ketinggian ilmu. Sebagaimana dalam ayat 6:
وَكَذٰلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهٗ عَلَيْكَ وَعَلٰٓى اٰلِ يَعْقُوْبَ كَمَآ اَتَمَّهَا عَلٰٓى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرٰهِيْمَ وَاِسْحٰقَۗ اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ – ٦
Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi Nabi) dan mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan (nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Yakub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Mahabijak-sana.
Kemudian dalam ayat 7, Allah berfirman bahwa dalam kisah Yusuf ada tanda-tanda kekuasaan Allah.
لَقَدْ كَانَ فِيْ يُوْسُفَ وَاِخْوَتِهٖٓ اٰيٰتٌ لِّلسَّاۤىِٕلِيْنَ – ٧
Sungguh, dalam (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang yang bertanya.
Tanda-tanda ini maksudnya adalah banyaknya peristiwa yang akan terjadi dan diceritakan Al-Qur’an yang menunjukkan kebesaran Allah.
_______________________
Bahaya dan ujian bisa menimpa orang-orang terdekat. Bahaya bisa terjadi darimana saja, sebagaimana yang menimpa Nabi Yusuf. Yaitu, dimulai saat 10 saudara Yusuf yang berbeda ibu ini berkumpul dan merencakan keburukan untuk Yusuf secara sembunyi-sembunyi
اِذْ قَالُوْا لَيُوْسُفُ وَاَخُوْهُ اَحَبُّ اِلٰٓى اَبِيْنَا مِنَّا وَنَحْنُ عُصْبَةٌ ۗاِنَّ اَبَانَا لَفِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍۙ – ٨
Ketika mereka berkata, “Sesungguhnya Yusuf dan saudaranya (Bunyamin) lebih dicintai ayah daripada kita, padahal kita adalah satu golongan (yang kuat). Sungguh, ayah kita dalam kesesatan yang nyata.
Bisa kita lihat bahwa apa yang dipikirkan oleh saudara-saudaranya tentang Yusuf dan Bunyamin menjadi bukti kesombongan mereka. Mereka bahkan menuduh ayahnya sebagai orang yang berada dalam kesesatan. Mereka merasa bahwa jumlah mereka yang banyak itu seharusnya diperlakukan lebih istimewa daripada dua saudara tirinya.
Dan ini juga menunjukkan bahwa pengakuan manusia adalah palsu, saudara-saudara Yusuf mengatakan tentang ayahnya sebagai orang yang dalam kesesatan hanya karena kepentingan mereka tidak terpenuh. Mereka mengukur kasih sayang seorang ayah hanya berdasarkan pekerjaan yang telah mereka lakukan.
Cara berfikir mereka ini juga bisa kita temukan di sekeliling kita, dimana orang saling mencaci karena kepentingan mereka tidak terpenuhi. Mereka juga melakukan kritik pedas tanpa ilmu karena nafsu mereka terabaikan.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, saudara-saudara Yusuf berprasangka buruk bahwa ayahnya terlalu membeda-bedakan antara mereka dengan Yusuf dan Bunyamin. Padahal perhatian Ya’qub kepada Yusuf dan Bunyamin karena keduanya masih kecil dan ibunya sudah terlebih dahulu wafat. Sehingga perhatian lebih banyak tertuju kepada keduanya.
Baca Juga: Surah Yusuf Ayat 4 dan 5: Kedekatan Nabi Yusuf dengan Ayahnya
Surah Yusuf Ayat 6-10: Pembicaraan Rahasia Diantara Saudara-Saudara Yusuf
Kemudian salah seorang dari mereka ada yang mengusulkan: “Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu negeri yang asing agar perhatian ayah tertuju kepada kita.” sebagaimana pada ayat 9
ۨاقْتُلُوْا يُوْسُفَ اَوِ اطْرَحُوْهُ اَرْضًا يَّخْلُ لَكُمْ وَجْهُ اَبِيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا مِنْۢ بَعْدِهٖ قَوْمًا صٰلِحِيْنَ – ٩
Bunuhlah Yusuf atau buanglah dia ke suatu tempat agar perhatian ayah tertumpah kepadamu, dan setelah itu kamu menjadi orang yang baik.”
Kemudian saudaranya yang lain ada yang mengusulkan, “Janganlah kamu membunuh Yusuf dia kan masih saudara kita, tetapi kita masukan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh seseorang yang sedang lewat sana.”
قَالَ قَاۤئِلٌ مِّنْهُمْ لَا تَقْتُلُوْا يُوْسُفَ وَاَلْقُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّ يَلْتَقِطْهُ بَعْضُ السَّيَّارَةِ اِنْ كُنْتُمْ فٰعِلِيْنَ – ١٠
Seorang di antara mereka berkata, “Janganlah kamu membunuh Yusuf, tetapi masukan saja dia ke dasar sumur agar dia dipungut oleh sebagian musafir, jika kamu hendak berbuat.”
Meskipun mereka tidak jadi membunuh Yusuf tapi mereka tetap berniat untuk menyingkirkan Yusuf dari rumah agar ayahnya memberikan perhatian kepada mereka saja.
Mereka tidak ingin dihantui rasa bersalah karena telah membunuh Yusuf, merekapun berencana membuangnya saja ke sumur.
Tidak sedikit dari manusia yang melakukan perbuatan jahat demi kepentingan mereka terpenuh. Kekuasaan, harta, kedudukan, dan kemasyhuran berusaha didapatkan meskipun harus menyingkirkan segala hal yang dianggapnya menghalangi, alih-alih berusaha memperbaiki keadaan.
Bersambung… [Ln]