oleh: Isti Prihandini (jemaah haji Indonesia tahun 2017)
ChanelMuslim.com – Saat naik haji adalah saat yang tepat untuk mem-posting amal baik sesering dan sebanyak mungkin. Salah satu amal tersebut adalah sedekah. Kalau di Indonesia, masjid-masjid kecil dilengkapi kotak-kotak amal yang super besar. Namun saat naik haji, tak akan bisa kita menemukan kotak amal di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram yang super besar.
Kebiasaan yang sering saya lihat pada jemaah Indonesia adalah memberi sedekah pada pengemis-pengemis yang antri di sekitar masjid. Nah, kalau saya berprinsip “jangan pernah melanggengkan mental mengemis” sehingga sedekah dialihkan ke hal-hal yang menurut saya lebih kreatif.
Umpamanya berikut.
1. Sedekah Sandal
Masuk masjid, lalu lepas sandal di teras, itu kebiasaan kita. Namun saat naik haji, bawa selalu tas untuk menyimpan sandal kita. Bisa jadi, kita masuk dan keluar masjid dari pintu berbeda. Nah, ternyata masih banyak jemaah yang belum paham soal ini. Akibatnya, tak hanya satu kali saya melihat jemaah yang bertelanjang kaki bada sholat dzuhur padahal suhu mencapai 48 derajat celcius. Maka, selalu membawa sepasang sandal untuk sedekah adalah ide bagus. Bayangkan! Ada seorang yang kakinya sedang kepanasan luar biasa, lalu Anda datang menyodorkan sepasang sandal. Amboi….senyumnya indah bukan kepalang. Ucapan terima kasih ia ucapkan berulang-ulang dengan wajah terharu bahagia seakan-akan dia baru didatangi malaikat.
2. Menengok Jemaah yang sakit
Banyak jemaah jatuh sakit saat naik haji, terutama lansia. Pandai-pandailah bersosialisasi dengan teman satu kloter agar mendapat ‘update’ berita siapa yang sakit. Meski tak kenal akrab, tengoklah. Kuatkan psikis mereka. Nah, lebih asyik lagi jika sambil menengok Anda membawa sekotak makanan Indonesia. Mudah didapat kok. Bada subuh di sekitar hotel-hotel Mekkah ada banyak mukimin Indonesia di Mekkah yang menjual nasi uduk, nasi kuning, tempe bacem, urap, dll. Ah, bayangkan si kakek/nenek yang sedang sakit, lalu dijenguk sambil dibawakan nasi uduk. Indahnya tiada tara.
3. Membantu Jemaah Tersesat
Keluyuran jalan-jalan di sekitar masjid, ternyata berguna apabila disertai misi, bukan cuma untuk selfie. Layangkan pandangan apakah ada jemaah yang tampak kebingungan. Banyak, biasanya lansia tanpa pendamping. Nah, dampingi jemaah yang tersesat ini sampai bertemu posko khusus jemaah tersesat. Hal yang saya temukan, paradigma para jemaah tersesat ini adalah mereka sedang diazab Allah. Oh…paradigma yang sangat potensi menimbulkan stress. Hibur mereka dengan makanan atau minuman, dan buatlah hati mereka rileks sehingga secara fisik kuat kembali untuk menempuh perjalanan pulang ke hotelnya.
4. Menjadi “Operator Telepon”
Tidak semua jemaah lansia bisa mengoperasikan Smartphone. Namun keterhubungan mereka dengan keluarga di tanah air sangatlah penting. Nah, ini ladang amal. Bantu, pastikan jaringan telpon mereka lancar. Bantu mereka video call, meng-upload foto dan video, mengecek baterai dan sinyal, dll.
5. Mendampingi Lansia Ibadah
Dari tahun ke tahun, sekitar 60-70 persen jemaah haji adalah lansia. Tidak semua lansia ini didampingi keluarga yang masih muda. Tidak semua lansia ini tergabung dalam KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji). Nah, mereka umumnya takut bepergian ke masjid Nabawi atau masjidil Haram jika tak ada teman. Inilah ladang amal. Jadilah pendamping ibadah untuk mereka. “Repot ah…”. Ya, tentu. Tapi ini ladang ibadah. Temani mereka jika ingin ke toilet. Pastikan mereka memakai diapers dan membawa diapers cadangan. Pilihkan jadwal di mana tidak berdesak-desakan di bus dan terminal. Misal, jika ingin mengajak mereka sholat subuh di Masjidil Haram, bangunkan mereka jam 3 pagi. Temani mereka hingga syuruq, baru kembali ke hotel. Bus dan terminal lebih lengang dibanding segera pulang bada subuh. Jika ingin mengajak para lansia ini thawaf sunah, pilih jam lengang dan jangan memaksakan thawaf di teras Ka’bah yang hampir selalu penuh. Dan kalau Anda masih punya tenaga, bolehlah ajak para lansia ini jalan-jalan melihat-lihat pemandangan sekitar Masjid Nabawi dan Masjidil Haram. Syukur-syukur, Anda mentraktir kuliner mancanegara, hehehe.
6. Memberi sedekah kepada para petugas kebersihan hotel dan masjid
Hargai mereka yang bekerja, bukan yang mengemis. Sekitar 70 wanita petugas kebersihan masjid Nabawi adalah orang Indonesia. Mereka memakai gamis coklat dan bercadar hitam. Sebagian wanita petugas kebersihan masjidil haram juga orang Indonesia, mereka bergamis merah marun dan bercadar putih. Jika mau sedekah, carilah orang-orang yang bekerja kasar di sana. Pria-pria Pakistan, India, Bangladesh yang membersihkan teras Masjidil Haram di bawah terik matahari. Atau sedekah kepada para petugas kebersihan hotel.
Nah, kira-kira begitu contoh ladang sedekah di tanah suci, yang lebih “tepat sasaran”, menurut saya. [ind]