ChanelMuslim.com – IKADI (Ikatan Dai Indonesia) diharapkan dapat menerapkan tiga langkah moderasi beragama yang sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Hal itu disampaikan oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat menjadi keynote speaker dalam Webinar Nasional IKADI-BNPT bertajuk “Peran Da’i dalam Deradikalisasi Paham Keagamaan di Indonesia”, Ahad (4/4).
Baca Juga: Bangkitkan Ekonomi Dai di Era Covid, Ikadi Gelar Seminar Ekonomi Keumatan
K.H. Ma’ruf Amin berharap, para dai menjadi kekuatan komunitas, yang mampu mendeteksi dini dan mengeliminasi pola pikir intoleran, egosentris kelompok, dan gerakan yang mengarah pada kekerasan.
IKADI Terapkan 3 Langkah Moderasi Beragama
Oleh karena itu, dalam dakwahnya para dai harus terus mengajarkan moderasi beragama. Berikut tiga langkah moderasi beragama yang dapat diterapkan.
Mengembangkan Sikap Toleran
Pertama, mengembangkan sikap toleran, yaitu perilaku yang menerima dan menghargai keberadaan orang lain yang berbeda keyakinan.
Antikekerasan
Kedua, anti kekerasan, yakni tidak membenarkan tindak kekerasan, terutama atas nama agama, baik yang dilakukan secara verbal maupun fisik.
Menjaga Kerukunan dan Persatuan
Ketiga, menjaga kerukunan dan persatuan, melalui 4 bingkai, yaitu bingkai teologis dengan mengedepankan teologi kerukunan.
Bingkai politik dengan penguatan empat konsensus kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
Kemudian, bingkai sosiologis melalui pendekatan sosio kultural dan kearifan lokal, dan bingkai yuridis dengan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.
“Gunakanlah narasi dakwah yang rahmatan lil ‘alamin dengan manhaj yang wasathy. Metode dakwah yang digunakan harus menyesuaikan situasi masyarakat Indonesia yang beragam dan majemuk,” ujarnya.
Wadah Solid Menyamakan Persepsi Para Dai
IKADI diharapkan menjadi wadah solid untuk menyamakan persepsi dan pemikiran di kalangan para dai.
Khususnya, pandangan tentang substansi dan dakwah yang sejalan dengan teladan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam demi kemaslahatan umat, bangsa, dan negara.
Rujukan yang harus menjadi pegangan bagi para dai adalah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, selain memberikan teladan terbaik dari sikap serta perilaku beliau dalam kehidupannya sehari-hari.
“Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita cara berpikir yang benar, sesuai tuntunan Al Qur’an,” tambah K.H. Ma’ruf Amin.
Cara berpikir yang diajarkan Rasulullah yakni wasathy yaitu berpikir moderat, dinamis, bukanlah cara pandang atau cara berpikir eksklusif dan sempit serta tidak terbuka terhadap perubahan.
Tetap dalam Koridor Manhaji dan Tidak Ekstrem
Namun tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrem.
Baca Juga: Inilah Alasan JISc Dipilih sebagai Sekolah Internasional Terbaik versi IKADI Award 2020
Oleh karena itu, ia berharap para dai harus meneladani cara berpikir Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam dan tidak ikut dalam arus berpikir sempit, seperti fenomena yang muncul belakangan ini.
Sebab, cara berpikir sempit juga merupakan penyebab munculnya sifat egosentris, tidak menghargai perbedaan pendapat serta tidak mau berdialog yang kemudian melahirkan pola pikir yang menyimpang, bahkan menjurus radikal.
“Contoh paling aktual dari cara berpikir radikal terorisme yang menyimpang itu adalah peristiwa bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar pada 28 Maret 2021, tindakan ini tidak sesuai ajaran Islam,” ujar Ma’ruf.
Di sisi lain, ia mengapresiasi kolaborasi Ikatan Dai Indonesia (IKADI) dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Webinar Nasional “Peran Da’i dalam Deradikalisasi Paham Keagamaan di Indonesia”.
Webinar ini, kata Wapres, sangat relevan dengan tantangan saat ini.
“Khususnya terkait dengan masih adanya pihak yang memahami agama secara keliru dan mereka yang melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama,” tutupnya.[ind]