ChanelMuslim.com- Ustaz Abdul Somad atau UAS menceritakan bagaimana sikapnya tentang tawaran sejumlah tokoh yang mengajaknya sebagai pimpinan Partai Masyumi Reborn. Secara diplomatis ia menjelaskan bahwa dirinya menghargai semua ijtihad para aktivis Islam untuk melakukan perubahan.
Melalui bincang-bincang langsung antara dai kondang, Ustaz Abdul Somad, dengan pemimpin redaksi TV One, Karni Ilyas dalam chanel YouTubenya, Ahad malam (15/11), terungkap seperti apa sikap UAS untuk masuk ke partai politik.
Karni Ilyas menanyakan, bagaimana sikap UAS dengan tawaran masuk partai politik, khususnya Partai Masyumi Reborn yang digagas sejumlah tokoh. Dengan santai UAS menjawab bahwa hal itu ia hargai sebagai ijtihad para tokoh tersebut untuk melakukan perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik.
“Ijtihad dalam Islam itu sangat dihargai. Kalau benar, ia mendapatkan dua pahala. Kalau pun salah, ia mendapat satu pahala,” ucap UAS.
Namun, UAS menegaskan posisinya bahwa ia tetap akan konsisten sebagai dai yang tampil ke depan untuk mengajak semua golongan.
“Semua peran itu ada nilainya dalam dakwah Islam. Ada yang sebagai penjaga gawang, merekalah yang secara sabar membina umat di pesantren, majelis taklim, dan sebagainya. Ada pula yang sebagai bek, itulah yang dilakukan para pengawal kebijakan seperti politisi Islam di DPR. Dan apa pula yang sebagai striker yang tampil ke depan melakukan seruan terbuka, mungkin seperti itulah posisi saya saat ini,” ungkap UAS.
Namun menurut UAS, semua pihak saling menghargai posisi-posisi itu. Karena di posisi mana pun, semua sama penting dan strategisnya dalam melakukan perubahan dakwah.
UAS mengaku, dirinya memang mengkhususkan satu hari dalam sebulan untuk mengisi kajian tentang politik Islam. Ia mengambil rujukan kitab seorang ulama Islam masa lalu bernama Al-Mawardi. Kitab itu khusus membahas tentang politik Islam. Dan rujukan kitab itu pula, menurutnya, yang ia juga sampaikan kepada para tokoh tersebut dalam sebuah kesempatan.
Dalam kiprahnya sebagai “striker”, Karni Ilyas mengapresiasi UAS yang mau turun ke lahan dakwah mana pun. Mulai dari masyarakat kota, desa, hingga ke daerah pedalaman.
UAS menjawab bahwa hal itu sebagai ungkapan rasa syukur dirinya terhadap hal-hal baik yang telah Allah anugerahkan kepadanya. Ketika ia kuliah di Al-Azhar, Mesir, ada petani yang hidup sederhana tapi dengan susah payah berusaha membantu UAS saat mengalami kesusahan tinggal di sana. Semua kebutuhannya dicukupi.
UAS pun memanjatkan doa agar Allah membalas kebaikan itu. Tapi, petani itu justru menolaknya dengan halus. Petani itu mengatakan, balaslah kebaikan itu dengan mendakwahi saudara-saudara di negerimu, Indonesia. Jangan sampai di sana masih ada warga yang tidak mengenakan baju.
Hal itu ditangkap UAS sebagai rangsangan terhadap dirinya untuk berkiprah di daerah pedalaman yang masih jauh pemahamannya tentang Islam. Tidak heran jika ia terbiasa bukan sekadar berjalan jauh, tapi juga menaiki perahu dan menelusuri hutan untuk menemui warga pedalaman untuk didakwahi.
Hal lain yang mendasari dirinya mau masuk hutan dan daerah pedalaman untuk dakwah adalah adanya dukungan dari pejabat daerah di situ.
Ketika ditanya kenapa UAS bisa begitu pesat sebagai dai paling kondang saat ini, UAS tersenyum. Ulama usia empat puluh satu tahun itu menjelaskan karena adanya penolakan yang direkayasa. UAS mengisahkan, ia pernah mengalami boikot selama berbulan-bulan di tahun lalu.
Namun, ia yakin bahwa penolakan itu bukan alami. Tapi direkayasa oleh pihak-pihak tertentu yang punya kepentingan. Terbukti, menurutnya, apa yang ia alami di Bali tahun lalu. Walaupun seolah penolakan begitu hebat di sana, nyatanya, ia bisa berceramah di Bali. Bahkan, raja Bali pun ikut hadir di acara itu. Meskipun ia non muslim.
“Selama aku masih berada di sini, Ustaz Somad tidak boleh diganggu,” ujar UAS menirukan ucapan raja Bali yang kerap mendampinginya saat berceramah di Bali.
Semakin dibendung, menurut UAS, justru semakin banyak yang tertarik dengan dakwahnya. Ia pun kerap mempublis ceramahnya melalui medsos yang akhirnya memudahkan umat untuk menyimak dakwah itu.
“Ustaz apa juga pilih-pilih tivi untuk mengisi dakwah?” ucap Karni Ilyas.
UAS menjelaskan bahwa hal itu terjadi tidak disengaja. Ia sebenarnya tidak pilih-pilih tivi mana yang bisa ia terima sebagai media untuk berdakwah. Tapi, ia punya pengalaman buruk di sejumlah tivi saat menyampaikan dakwah.
“Saya diminta untuk tertawa di menit ke berapa, dan menangis di menit ke berapa,” ujar UAS sambil tersenyum.
UAS menjelaskan bahwa dirinya dalam menyampaikan dakwah tidak bisa diatur-atur untuk bagaimana dan seperti apa. Karena itulah, ia tidak lagi mau tampil di tivi yang mengatur-atur itu.
“Alhamdulillah, saya bisa bebas dalam berceramah di TV One,” ujar UAS yang disambut Karni Ilyas, “Selama saya sebagai pemred di sana, insya Allah, UAS bebas berceramah.”
UAS juga menceritakan bahwa keberadaannya di Jakarta hari itu, juga dalam rangka kunjungannya di peletakan batu pertama pembangunan masjid di pesantren Habib Rizieq Shihab di Megamendung, Jumat lalu.
Ia begitu terpanggil untuk mengungkapkan dukungannya terhadap perjuangan para habaib khususnya Habib Rizieq. Ia memaksakan diri untuk bisa hadir di kawasan pedalaman Bogor itu meskipun dengan naik pesawat, disambung naik mobil, disambung naik motor, dan juga berjalan kaki.
Karni Ilyas akhirnya menyelamati gelar doktor UAS yang baru ia peroleh. Merespon itu, UAS bersyukur karena Allah memudahkan langkah itu. Ia menceritakan, suatu kali ketika di toilet bandara, tiba-tiba seseorang memanggilnya. “Ustaz Abdul Somad kan?” ucap orang itu.
UAS membalas sapaan akrab orang itu. Kemudian orang itu mengatakan, “Ustaz harus jadi doktor. Saya akan bantu apa pun supaya Ustaz bisa meraih doktor.” Orang itu pun memberikan kepada UAS kartu namanya.
Namun, hingga saat hal itu diceritakan UAS, dirinya belum pernah menghubungi orang yang memberikan kartu nama itu. UAS menganggap bahwa itulah cara Allah memberikan semangat kepada dirinya untuk bisa meraih gelar doktor.
Ia pun berusaha keras. Dan akhirnya kesempatan itu ada. Yaitu, justru ketika banyak pihak yang memboikot dirinya untuk dakwah di sejumlah daerah yang sudah dijadwalkan sebelumnya. Selama kurang lebih hampir satu tahun, UAS berhasil merampungkan gelar doktornya di sebuah universitas Islam di Sudan. Masya Allah! (Mh)