ChanelMuslim.com- Seorang anak tertarik dengan permainan labirin besar di sebuah taman. Ia ingin mencoba apakah mampu melalui labirin yang dibentuk dari pepohonan itu hingga sampai tujuan.
Mulailah ia melalui jalan-jalan bercabang. Ia harus berani mengambil satu jalan dari dua pilihan. Padahal, ia tidak yakin apakah jalan yang diambilnya sudah benar.
Ketika jalan yang diambilnya salah, ia balik lagi ke arah di mana ia datang. Setelah itu, ia coba lagi dengan pilihan satunya.
Makin kedalam labirin ia lalui, pilihannya tidak lagi hanya dua. Tapi sudah ada tiga. Artinya, kalau ia salah memilih, masih ada satu lagi di antara dua pilihan yang sisa itu yang kemungkinannya salah.
Pada situasi itu, ia bukan hanya memiliki tiga pilihan jalan yang harus diambil. Tapi juga memiliki pilihan jalan kembali yang lebih dari satu. Bayangkan kalau jalan kembali yang ia ambil salah, maka ia hanya akan berputar-putar di pilihan jalan yang salah.
Begitu seterusnya, akhirnya sang anak tidak mampu lagi meneruskan permainan labirin itu. Ia terduduk lemas. Ia menyerah.
Bukan sekadar lemas karena fisik, melainkan juga karena pikiran dan perasaan yang tidak karuan. Dan keadaan itulah yang membuatnya menjadi kian tak berdaya.
Beruntung ada jalan keluar darurat. Ia cukup mengibarkan bendera putih yang ia bawa sejak awal permainan. Maka, petugas akan menjemputnya di tempat ia berada.
Satu hal yang membuatnya tersadar: kenapa petugas bisa dengan begitu mudah menemukannya padahal jalan yang dilalui petugas sama dengan dengan yang ia lalui.
“Anakku, aku bisa cepat menemukan keberadaanmu karena aku sudah sering dan terbiasa melalui rute labirin ini,” jelas sang petugas ketika hal itu ditanyakan.
“Saran kami, lain kali sebelum memasuki arena labirin, pahami dulu peta yang sudah kami sediakan,” pungkas sang petugas.
**
Menelusuri dinamika hidup ini boleh jadi seperti berada di tengah labirin. Kita sudah mencoba pilihan jalan ini, tapi hasilnya selalu mentok. Coba lagi yang lain, hasilnya juga tak jauh berbeda.
Persoalannya, jalan di labirin bisa kembali lagi untuk mengulang berbagai pilihan jalan yang ada. Sementara di jalan hidup tak ada pilihan ulangan.
Dan di labirin yang hanya sekadar permainan, kita bisa mengangkat bendera putih untuk minta pertolongan. Lalu, bagaimana dalam dinamika hidup?
Nasihat dari sang petugas menarik untuk dicermati: pahami peta yang telah kami sediakan. Dan peta kehidupan ini adalah pedoman hidup yang telah disediakan: Al-Qur’an dan Sunnah.
Dan, bersabarlah ketika pilihan jalan yang diambil selalu mentok. Karena boleh jadi, cara itulah yang membuat kita menjadi terbiasa.
Pahami peta itu, dan kalau akhirnya mentok juga, jangan sungkan untuk meminta pertolongan dari Yang Maha Sayang: Allah subhanahu wata’ala. Ud’uunii astajib lakum. [Mh]