DOA ibu itu sangat mustajab untuk anaknya, dalam hal baik maupun buruk.
Pada tahun 194 hijriyah, ada ulama istimewa yang lahir di Bukhara, Samarkand. Ia bernama Muhammad bin Ismail. Orang lebih mengenalnya dengan sebutan Imam Bukhari.
Ada cobaan luar biasa yang dialami Imam Bukhari kecil. Saat masih balita, ayahnya meninggal dunia. Posisi sebagai pendidik pun diambil alih ibunya.
Cobaan tidak sampai di situ. Tak berselang lama kematian ayahnya, Imam Bukhari kecil mengalami sakit mata yang parah. Hingga, kedua matanya buta.
Bagi seorang ibu, cobaan berat anaknya itu juga cobaan berat untuknya. Ia bersusah payah menyembuhkan kebutaan puteranya. Tapi, hasilnya belum menggembirakan.
Ibu Imam Bukhari tak mau menyerah. Kalau ikhtiar sudah mentok, tak ada lagi senjata yang bisa diandalkan kecuali doa. Di hampir setiap waktu mustajab, ibu Imam Bukhari selalu mendoakan kesembuhan puteranya.
Doa sang ibu akhirnya membuahkan hasil. Suatu malam, ibu Imam Bukhari bermimpi bertemu dengan Nabi Ibrahim alaihissalam. Nabi Ibrahim mengabarkan bahwa Allah subhanahu wata’ala sudah mengabulkan doa sang ibu. Sakit buta puteranya sudah sembuh.
Betapa syukurnya ibu Imam Bukhari, ternyata apa yang ia impikan menjadi kenyataan. Puteranya memang benar-benar sembuh dan bisa melihat kembali.
Di usia sepuluh tahun, Imam Bukhari sudah mulai belajar intensif tentang hadis. Dan setahun kemudian, ia sudah berguru kepada para pakar hadis setempat.
Puncaknya, pada usia enam belas tahun, Imam Bukhari bersama ibu dan saudaranya menunaikan ibadah haji. Seusai menunaikan ibadah haji, Imam Bukhari tidak pulang bersama ibu dan saudaranya ke kampung halaman. Ia tetap tinggal di Mekah untuk belajar ilmu hadis bersama para ulama hebat, di antaranya adalah Imam Ahmad bin Hanbal.
**
Jangan sepelekan doa seorang ibu. Atas izin Allah subhanahu wata’ala, tak ada yang mustahil terjadi.
Wahai ibu, tak cukup hanya mendidik anak dan membiayainya. Melainkan juga tetap mendoakannya. Karena doa ibu begitu mustajab untuk anak-anaknya. [Mh]