ChanelMuslim.com- Minta maaf bukan sekadar pengakuan kesalahan. Tapi juga kemenangan seseorang dari dominasi sifat sombong.
Siapa bilang meminta maaf itu gampang. Persoalannya bukan pada pengakuan bahwa seseorang telah berbuat salah. Tapi sebuah kerendahan hati bahwa dirinya tak selalu benar.
Di sinilah pertarungannya. Di satu sisi, manusia kerap dibuai egonya. Dialah yang benar, sementara yang lainnya salah. Kalaupun orang lain bisa membuktikan bahwa dirinya memang salah, ia akan berkilah itu ketidaksengajaan.
Memanjakan ego tak jauh berbeda dengan menyuburkan sifat sombong. Kata Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia.
Dua hal yang terkandung dalam sifat sombong. Yaitu menolak kebenaran selain kebenaran dalam persfektif dirinya sendiri. Di saat yang sama, ia sebenarnya juga merendahkan orang lain.
Ini jika antar manusia. Lebih berat lagi jika seseorang dengan Allah subhanahu wata’ala. Kesenjangan hubungan seseorang dengan Allah kian menyuburkan sifat sombong itu.
Sombong terhadap manusia saja sudah tidak pantas. Apalagi jika itu terhadap Yang Maha Segalanya. Pencipta dan Pemilik alam semesta.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melazimkan dirinya untuk meminta maaf kepada Allah setiap hari. Lebih dari seratus kali sehari Nabi mengucapkan istigfar. Padahal, Allah telah mengampuni segala kesalahannya yang sebelum dan sesudahnya.
Nabi memohon maaf atau istigfar kepada Allah lebih karena rasa syukurnya atas anugerah Allah yang begitu besar terhadapnya. Begitu pun dengan segala keutamaan ibadah yang Nabi lakukan.
Apa ada seorang mukmin yang tidak mau minta maaf kepada Allah? Problemnya memang pada kadar keimanan seseorang. Semakin tinggi kadarnya, semakin ia merasa patut untuk selalu memohon ampun. Dan begitu pun sebaliknya.
Kadar iman ini pula yang akhirnya merembes pada baik buruknya muamalah sesama manusia. Kalau kepada Yang Maha Segalanya saja ia tak merasa perlu meminta maaf, apalagi terhadap sesama manusia.
Jadi, ketika ada rasa berat hati untuk meminta maaf, apa pun subjektivitas penilaian yang ada, cobalah introspeksi. Jangan-jangan ini rembesan dari kegersangan iman kita kepada Allah.
Beranikan diri untuk minta maaf. Rendahkan hati bahwa kita memang banyak salah dan dosa. Saat itulah, kita sebenarnya sudah mengusir sifat sombong yang ingin mendominasi hati kita. [Mh]