SURGA bisa diperoleh dengan amal dan Rahmat Allah. Bahkan bisa dengan cara yang sangat sederhana.
Ada seorang ulama hadis di abad ketiga hijriyah. Namanya, Sulaiman bin Al-Asy’ats As-Sijistani. Panggilan populer beliau adalah Imam Abu Dawud, rahimahullah.
Meski asal beliau dari kawasan Sijistani, atau wilayah Afghanistan saat ini, tapi pengelanaan beliau ke berbagai lintas negeri. Mulai dari Mekah, Madinah, Mesir, Palestina, Suriah, hingga akhirnya ke Bagdad dan Bashrah.
Bisa dibilang, beliau salah satu ulama hadis yang jangkauan berkelananya paling jauh. Berbagai medan, cuaca, dan lingkungan beliau terjang. Demi untuk mencari sumber hadis.
Biasanya, Abu Dawud ditemani kakaknya bernama Muhammad. Ia juga seorang ulama hadis seperti adiknya.
Suatu kali dalam kelananya, Abu Dawud bersama kakaknya sedang berada di sebuah kapal yang berlayar melintasi lautan. Murid Imam Ahmad bin Hanbal itu tiba-tiba mendengar seorang pemuda bersin. Pemuda itu pun mengucapkan, “Alhamdulillah!”
Abu Dawud spontan mengucapkan, “Yarhamkallah!” Kemudian, ia bicara ke kakaknya, “Kak, pinjamkan aku uang 1 dirham.” Kakaknya memberikan uang 1 dirham sambil bingung tak mengerti.
Abu Dawud membawa uang itu ke sang pemuda yang bersin. Dan ia pun memberikannya. Sambil sekali lagi ia mengucapkan, “Yarhamkallah!” Pemuda itu pun membalas dengan, “Yahdikumullah!”
Semua orang yang melihat tingkah Abu Dawud itu bingung, termasuk si pemuda. “Untuk apa?” tanya si pemuda yang bersin itu.
“Untuk membeli surga!” jawab Abu Dawud yang dinilai aneh oleh banyak orang di sekitar situ, termasuk kakaknya.
“Membeli surga?” tanya kakaknya ketika Abu Dawud kembali ke tempat duduk. Abu Dawud hanya tersenyum.
Perjalanan kapal itu sangat lama, hingga membuat semua penumpang bermalam. Pada malam itu, semua penumpang ajaibnya mengalami mimpi yang sama.
Dalam mimpi itu, ada suara yang mengatakan, “Wahai para penumpang sekalian. Hari ini ada seorang bernama Abu Dawud yang telah membeli surga dengan 1 dirham yang ia berikan kepada pemuda yang bersin.”
Saat terbangun, mereka baru menyadari kalau di antara mereka ada orang istimewa.
Guru dari Imam Tirmidzi dan Imam Nasa’i itu wafat di usia 72 tahun di Bashrah, Irak. Ia mewariskan kepada kita semua sebuah kitab yang tak ternilai harganya: Sunan Abu Dawud.
Kitab itu merupakan pilihan hadis dari 50 ribu banyaknya menjadi hanya 4.800 hadis saja yang ia yakini shahih.
**
Orang yang mencintai kebaikan tidak akan menyia-nyiakan sebuah kebaikan walaupun hanya dengan 1 dirham. Karena sekecil apa pun kebaikan yang diniatkan ikhlas karena Allah akan bernilai surga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian meremehkan kebaikan sekecil apa pun, meskipun hanya memberikan senyuman kepada saudaramu.” (HR. Muslim)
Dalam hadis lain, “Ada seorang pria yang menyingkirkan dahan pohon di jalan. Ia mengatakan, ‘Demi Allah, aku singkirkan dahan ini agar tidak menghalangi jalan kaum muslimin. Berkat amal itu, ia masuk surga.” (HR. Muslim) [Mh]