RASULULLAH shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ayah-ibunyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR. Muslim)
Ada pepatah yang mengatakan, “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya.” Artinya, semua kita tumbuh mengikuti lingkungan.
Kita bukan sekadar anak sebuah lingkungan. Tapi juga dibentuk oleh sebuah lingkungan.
Jika lingkungannya baik, maka kecenderungannya akan baik. Begitu pun sebaliknya, jika buruk, maka kecenderungannya juga akan buruk.
Lingkungan seolah seperti memberikan legitimasi atau pembenaran sebuah perilaku kolektif. Dan anggota lingkungan menjadi saling menguatkan satu sama lain.
Beruntunglah kita yang terlahir dari keluarga yang Islami. Tak perlu repot-repot mencari Islam, lingkungan membentuk kita menjadi seorang muslim.
Masalahnya Islam bukan sekadar status. Melainkan, sebuah celupan tentang diri seseorang: keyakinan, pemikiran, dan perilaku.
Misalnya, seorang muslim tidak mungkin buang sampah sembarangan. Tapi, tidak sedikit saudara kita yang perilaku Islamnya belum sempurna dengan membuang sampah asal.
Begitu pun tentang kebersihan. Seorang muslim pasti sudah mandi di pagi hari. Terutama yang pria. Karena, ia harus ke masjid dengan tubuh yang bersih dan harum. Tapi kenyataannya, tidak sedikit yang belum mandi.
Contoh lain, seorang muslim tidak mungkin pelit. Karena Nabi mengatakan bahwa tidak mungkin bersatu sifat kikir dengan keimanan di hati seorang mukmin. Kikir itu sama dengan menganggap bahwa Allah tidak membalas rezeki seorang dermawan.
Tentang keyakinan misalnya takut dengan setan: pocong, kuntilanak, dan lain-lain. Bagaimana mungkin seseorang bisa dibilang beriman pada Allah jika masih takut pada selain Allah, apalagi terhadap sesuatu yang tidak jelas.
Begitu pun tentang kemalasan. Ikhtiar atau kerja keras bagi seorang muslim adalah bagian dari ibadah. Kian sering berikhtiar, bukan sekadar tambah rezeki, tapi juga kian tambah pahala ibadahnya.
Seorang muslim juga tak mungkin membenci saudaranya seiman. Karena Nabi mengatakan, tidak beriman seseorang di antara kalian sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Nah, lingkungan kita adalah lingkungan Islam. Melalui lingkungan itu, Islam membentuk karakter seorang muslim dengan segala sifat yang baik.
Kalau masih ada dualisme antara perilaku lingkungan terdekat dengan perilaku yang diajarkan Islam, maka tinggalkan yang buruk untuk mencelupkan diri dalam perilaku Islami.
Tentunya, Islam tidak akan pernah bertentangan dengan perilaku yang baik di mana pun kita berada, seperti jujur, dermawan, berani, rajin, setia, cinta, dan lainnya. [Mh]