SAKIT itu menyusahkan. Tapi jangan salah sangka, karena banyak hikmah di balik sakit.
Tak seorang pun ingin sakit. Seringan apa pun jenis penyakitnya. Tapi sakit bisa datang ke siapa saja, kapan saja, dan di mana saja.
Dan, selalu terdapat seribu satu misteri di sekitar sakit. Mulai dari sebabnya, hingga sulitnya menangkal sakit. Kadang sakit menunjukkan kontradiktif untuk pasiennya.
Misalnya, orang yang begitu peduli dengan kesehatan menjadi rentan sakit. Sebaliknya, mereka yang cuek saja, seperti kebal dengan sakit.
Perhatikanlah petugas sampah dan para pemulung. Setiap hari mereka akrab dengan sampah. Tapi umumnya mereka sehat-sehat saja. Seolah kebal dengan sakit.
Bayangkan jika kita adalah mereka. Jangankan bisa bertahan tahunan, sehari pun tak akan mampu. Kok bisa, dengan modal fisik yang sama tapi kebal sakitnya berbeda. Mungkin itulah keadilan Allah untuk mereka.
Karena itu rahasia Allah, tentu ada hikmah di balik sakit. Karena apa pun yang menimpa seorang mukmin selalu menyimpan kebaikan.
Di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ada seorang pemuda yang begitu dimuliakan Allah. Meski tidak pernah bertemu Nabi, tapi sosoknya kerap disebut-sebut Nabi kepada Umar bin Khaththab dan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhuma.
“Jika kalian bertemu dia, mintalah doa kepadanya,” seperti itulah ucapan Rasulullah.
Siapa gerangan pemuda itu hingga sahabat sekaliber Umar dan Ali diminta Rasulullah untuk meminta doa kepada dia.
Pemuda itu bernama Uwais Al-Qarni, seorang pemuda di Yaman yang terhalang menjumpai Rasulullah di Madinah karena mengurus ibunya.
Satu keistimewaan lain dari Uwais. Ia begitu ‘menikmati’ penyakitnya. Ia menderita sakit lepra berat sehingga banyak orang menjauhinya. Hampir sekujur tubuhnya terinfeksi lepra.
Uwais berdoa kepada Allah, “Ya Allah, sembuhkanlah penyakitku, kecuali satu bulatan kecil di tubuhku (sebesar koin paling besar, red), agar aku bisa selalu ingat dengan nikmat-Mu.”
Uwais tidak membenci penyakitnya. Ia paham betul kalau itu ujian Allah agar ia selalu dekat: memohon dan mendekatkan diri kepada Allah. Dan dari sakit itu pula, Allah menghapus dosa-dosa hamba-Nya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidaklah seorang mukmin ditimpa penyakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit dan kesedihan; kecuali dihapuskan segala dosanya.” (HR. Muslim)
Jadi, jika seseorang sabar, sakit akan menjadi sebab ia bisa dekat dan berdoa kepada Allah. Suatu keadaan yang mungkin tak diperoleh mereka yang sehat dan senang.
Dan yang penting, melalui sakit, Allah menghapus segala dosa hamba-Nya. Hingga, tak satu pun dosa saat ia berjumpa dengan Allah.
Jadi, jangan keburu buruk sangka dengan sakit. Tetaplah bersabar dan berbaik sangka. Karena hikmah tersimpan di luar kemampuan nalar kita. [Mh]