Perjalanan selalu memberikan seribu satu sensasi. Kenikmatannya bukan sekadar pada tempat tujuannya. Tapi justru pada perjalanannya.
Di sebuah perjalanan touring sepeda motor, belasan anak muda begitu antusias menempuh perjalanan mereka: dari kota ke sebuah pegunungan.
Salah satu dari mereka ada peserta yang tidak lagi muda. Usianya sudah hampir enam puluh tahun. Tapi, jiwa mudanya memacunya untuk tidak kalah dengan komunitasnya yang sebagian besar anak muda.
“Ayo kebut, Om!” ucap salah seorang peserta manakala motor mereka mendahului Si Om itu.
Tapi, Si Om tidak terpancing untuk ikutan ngegas. Ia melaju dengan kecepatan sangat standar. Kadang ia menoleh ke kanan, kadang ke kiri.
Setelah lebih dari dua jam perjalanan, mereka pun tiba di tempat tujuan. Lokasinya di sebuah puncak yang indah dan sejuk. Ada sebuah warung makan di mana mereka bisa lebih menikmati keindahan pegunungan.
Setelah beberapa di situ, salah seorang dari mereka tersadar sesuatu. “Lha, Si Om mana?” ucapnya menarik perhatian yang lain.
“Kalian sih ninggalin dia,” sambut peserta yang lain, menyalahkan.
Sebelum saling menyalahkan meluas, tiba-tiba Si Om tiba dengan santai.
“Om kemana aja?” tanya yang lain sambil menghampiri Si Om yang baru melepas helm dan jaketnya.
“Saya benar-benar menikmati touring ini. Terima kasih ya sudah ngajak saya,” jawab Si Om.
“Menikmati perjalanan? Yang harus dinikmati itu di sini Om, di puncak ini. Perjalanannya justru sangat melelahkan,” sahut yang lain agak terheran dengan ucapan Si Om.
“Kalian salah,” ucap Si Om. “Kenikmatan touring itu bukan pada tujuannya. Tapi pada nuansa perjalanannya,” tambahnya. Sebagian peserta yang lain mulai mengangguk pelan.
**
Perjalanan adalah mengantarkan seseorang dari tempat asal ke tempat tujuan. Dan, setiap kita selalu melakukan perjalanan. Ada yang berjalan kaki. Ada juga yang dengan kendaraan, umum maupun pribadi.
Sayangnya, kebanyakan orang terlalu fokus pada tujuan. Sehingga lupa bahwa kenikmatan utamanya ada pada seribu satu nuansa di perjalanannya itu sendiri.
Dalam perjalan itu, terdapat begitu banyak wajah dan tingkah manusia. Ada yang gembira, kesal, terburu-buru, sedih, bingung, dan lainnya.
Ada juga aneka lekukan alam yang diperlihatkan oleh perjalanan dengan aneka sudut pandang: dari bawah ke arah atas dan sebaliknya, dari kiri ke arah kanan dan sebaliknya.
Semua itu membuai memori dan hati untuk ke ‘alam’ yang menenangkan, menyegarkan kembali kenangan lama yang menggurat seribu satu keindahan hidup.
Itulah nikmatnya perjalanan. Dan hidup ini pada hakikatnya adalah juga perjalanan. Cobalah nikmati sudut-sudut pandang yang kita jumpai dalam panorama hidup ini.
Jangan merasa perlu untuk terburu-buru melewati semua itu. Nikmatilah semua yang kita jumpai. Boleh jadi, hal itu akan mengantarkan kita ke tempat tujuan dengan lebih nyaman. [Mh]