SUATU hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang duduk-duduk bersama para sahabat di sebuah daerah pepohonan. Tiba-tiba, seekor induk burung terbang mondar-mandir ke dekat Nabi.
Nabi mencermati sesuatu dari tingkah induk burung itu. Sepertinya ada yang ingin disampaikan dari induk burung kepada Nabi. Dan Nabi menangkap isyarat itu.
“Adakah di antara kalian yang mengambil anak-anak burung ini di sarangnya?” begitu kira-kira ucapan Nabi kepada para sahabat di sekitar situ.
Salah seorang dari mereka mengakui telah mengambil anak burung dari sarangnya. Mungkin bentuk burung itu begitu indah dan menarik untuk dipelihara.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada sahabat itu untuk mengembalikan anak burung itu ke sarangnya.
Setelah dikembalikan, induk burung itu pun tak lagi terbang mondar-mandir ke arah Nabi.
**
Ada pelajaran menarik dari kisah sederhana itu. Pertama, Nabi mengajarkan kita untuk berakhlak terhadap lingkungan. Termasuk kepada burung dan anak-anaknya.
Biarlah lingkungan hidup di sekitar kita lestari apa adanya. Ada akhlak terhadap pepohonan dan hewan-hewan liar di sekitarnya.
Kedua, seorang pemimpin itu dituntut untuk peka dengan sekitarnya. Sesuatu yang tampak sederhana muncul di permukaan seperti gelisahnya hanya seekor induk burung, tapi memiliki nilai besar di sisi Allah subhanahu wata’ala.
Terlebih lagi jika yang gelisah itu manusia. Kepekaan pemimpin terhadap hal ini tentu dituntut harus lebih besar lagi.
Tangkap aspirasi, sekecil apa pun itu, dan segera carikan solusi. [Mh]