ChanelMuslim.com–Sudahkah Sobat ChanelMuslim mendengar berita mengenai kematian ikan Paus yang menelan berton-ton plastik di dalam perutnya? Begitulah kira-kira salah satu muara dari sampah plastik yang kita hasilkan setiap hari. Lalu, sampai kapan hal ini akan terus terjadi? Adakah cara untuk menghentikannya? Sobat ChanelMuslim bisa belajar dari Komunitas Ecobrick Jatiasih.
Senin (17/12) menjelang siang, beberapa Ibu tampak melakukan aktivitas di halaman rumah salah seorang warga di Puri Duren Asri 4, Jatiluhur, Jatiasih, Bekasi. Mereka tengah mencuci sampah plastik kemasan, ada pula beberapa anak yang tengah menggunting sampah plastik menjadi bagian-bagian kecil. Di salah satu sudut halaman, tampak ecobrick yang sudah jadi, terdiri dari 7 botol air mineral yang diikat dengan karet ban.
Penggagas Komunitas Ecobrick Jatiasih, Grifingga, mengatakan, idenya bermula karena melihat banyak sampah plastik yang tidak bisa ditampung di bank sampah.
“Bank sampah nggak mau nerima sampah plastik ini, padahal produksinya tiap hari banyak kan, di setiap rumah pasti ada,” ujar Ingga, sapaan akrabnya kepada ChanelMuslim.
Sejak November 2018, Ingga mulai mencari metode yang cocok untuk membantu mengatasi masalah lingkungan tersebut. Menurut Ingga, Ecobrick adalah metode paling sederhana yang bisa dilakukan oleh siapapun.
Dikutip dari catatanalam.wordpress, Ecobrick adalah metode untuk meminimalisasi sampah dengan media botol plastik yang diisi penuh dengan sampah anorganik hingga benar-benar keras dan padat.
Tujuan dari ecobrick adalah untuk mengurangi sampah plastik, serta mendaur ulangnya dengan media botol plastik untuk dijadikan sesuatu yang berguna.
Contoh pemanfaatan Ecobrick adalah untuk pembuatan meja, kursi, tembok, maupun barang kesenian lainnya yang bahkan memiliki nilai jual. Metode ini terbukti mengurangi jumlah sampah plastik di Kanada, negara tempat bernaung pencipta Ecobrik ini, yaitu Russell Maier.
Untuk membuat sebuah Ecobrick, ada 4 proses yang dilakukan. Pertama, cuci sampah plastik hingga bersih, pastikan tidak ada sisa makanan yang menempel. Kedua, jemur dan keringkan sampah plastik. Ketiga, gunting kecil-kecil sampah. Terakhir, masukkan ke botol air mineral hingga benar-benar padat.
Tujuan dari pemadatan botol ecobrick tersebut adalah untuk efisiensi penampungan sampah, serta kevalidan ecobrick nanti setelah dibuat. Jika botol ecobrick kurang terisi penuh, produk-produk ecobrick yang nantinya dibuat akan lebih mudah penyok.
“Nanti ditimbang, biasanya sekitar 250-an sampai 300 gram beratnya untuk botol 600ml, baru bisa jadi Ecobrick,” tambah Ibu dari 4 anak ini.
Program RT Bebas Sampah Plastik
Ingga tidak sendiri dalam mewujudkan idenya agar lingkungan rumahnya bebas sampah plastik. Awalnya, ia menularkan ide Ecobrick saat arisan ibu-ibu di komplek perumahannya. Gayung bersambut, kini ada 5-6 orang Ibu yang turut bergerak membuat Ecobrick bersama-sama. Warga di RT 07 RW 10 pun mendukungnya dengan mengumpulkan sampah plastik secara rutin.
“Biasanya seminggu sekali mereka ngumpulin sampah dan siapa aja yang bisa gabung bikin ecobrick, kita kumpul di rumah salah satu warga bergantian,” kata muslimah alumni STT Telkom Bandung tersebut.
Meski idenya sederhana, bagi Ingga, itulah awal dari mengurai masalah sampah lingkungan.
“Tahun lalu, di komplek ini pernah ada masalah sampah dan kita nggak tahu harus diapakan. Perlahan, kita buka akses ke bank sampah dan sekarang mulai dengan Ecobrick ini untuk sampah plastik yang tidak mudah terurai,” jelas perempuan berhijab ini.
Jadilah Pahlawan Lingkungan, Meski Hanya dengan Menyingkirkan Sampah di Jalan
Ibarat menyingkirkan duri di jalan, itulah filosofi yang dipegang Ingga. Ia percaya, jika setiap orang bisa berkontribusi dalam mengurangi sampah plastik, tak akan ada lagi masalah sampah, lingkungan kotor, pencemaran udara karena pembakaran sampah, atau bahkan ikan-ikan yang mati karena memakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
Ingga berharap, langkahnya ini bisa menjadi inspirasi bagi masyarakat. Ia ingin setiap orang berpikir bahwa setiap sampah yang dihasilkan rumah tangga akan berujung di Tempat Pembuangan Akhir yang kondisinya terus menumpuk setiap tahun. Sampah yang menumpuk akan mencemari tanah. Apalagi sampah yang dibuang ke laut tentu akan mencemari biota laut, termasuk di dalamnya ikan-ikan yang dikonsumsi manusia.
Dengan memutus rantai sampah, yaitu memilah dan mengolah sampah di lingkungan rumah sendiri, kita sudah berkontribusi dalam menjaga lingkungan.
“Target jangka pendek kita adalah agar masyarakat peduli lingkungan dan terbiasa memilah sampah. Ke depannya, semoga ada akses ke pemerintah daerah sehingga program ini bisa diadopsi dan semakin meluas di masyarakat,” tutupnya.
Hari pun beranjak siang, teriknya matahari mulai terasa di kulit. Namun, beberapa ibu tetap semangat melanjutkan pembuatan ecobrick ditemani kudapan bubur kacang hijau dan camilan ringan lainnya. Anak-anak yang turut serta membantu para ibu pun tampak ceria mengisi liburan mereka dengan kegiatan bermanfaat.
Bagaimana Sobat ChanelMuslim, tertarik untuk bergabung?[ind]