BAGAIMANA sikap tepat menghadapi orang yang suka membicarakan keburukan kita? Bagaimana ya agar hati menjadi tenang, saat menghadapi seseorang yang sukanya membicarakan keburukan diri kita?
Motivator dan juga Pendiri Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto Wibowo menjelaskan mengenai hal ini yaitu sebagai berikut.
Sobat, di dunia ini ada hukum tabur tuai, ada hukum sebab akibat. Siapa yang berbuat buruk akan mendapatkan keburukan dan siapa yang berbuat baik akan mendapatkan kebaikan.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,……”(QS. Al Isra : 7).
“Siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya pula.” (Al-Zalzalah:7-8)
Ada sebuah cerita yang menarik kenapa kita harus senantiasa menjaga diri untuk terus berusaha berbuat baik dan berusaha untuk tidak berbuat buruk, termasuk tidak membalas keburukan yang dilakukan oleh orang lain dengan keburukan.
Baca Juga: Jangan Mengungkap Keburukan Anak
Kisah Pengemis
Pada suatu hari, sepasang suami isteri kaya sedang makan bersama di rumahnya, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk seorang pengemis.
Melihat keadaan pengemis itu, si istri merasa terharu dan dia bermaksud hendak memberikan sesuatu. Tetapi sebelumnya, sebagai seorang wanita yang patuh kepada suaminya, dia meminta izin terlebih dahulu kepada suaminya,
“Suamiku, bolehkah aku memberi makanan kepada pengemis itu ?”
Rupanya suaminya memiliki karakter berbeda dengan wanita itu.
Dengan suara lantang dan kasar dia menjawab, “Tidak usah! usir saja dia, dan tutup kembali pintunya!”
Si isteri terpaksa tidak memberikan apa-apa kepada pengemis tadi sehingga dia berlalu dengan kecewa. Hari demi hari berlalu, perdagangan lelaki itu jatuh bangkrut.
Kekayaannya habis dan ia menderita banyak utang. Selain itu, karena ketidakcocokan sifat dengan isterinya, rumah tangganya menjadi berantakan sehingga terjadilah perceraian.
Tidak lama sesudahnya, wanita yang bangkrut itu menikah lagi dengan seorang pedagang kaya raya di kota dan hidup berbahagia.
Pada suatu ketika, wanita itu sedang makan dengan suaminya (yang baru), tiba-tiba ia mendengar pintu rumahnya diketuk seseorang.
Baca Juga: Hukum Mendoakan Keburukan terhadap Orang yang Zholim
Sikap Tepat Menghadapi Orang yang Suka Membicarakan Keburukan Kita
Setelah pintunya dibuka, ternyata tamu tak diundang itu adalah seorang pengemis yang sangat mengharukan hati wanita itu.
Maka wanita itu berkata kepada suaminya, “Wahai suamiku, bolehkah aku memberikan sesuatu kepada pengemis ini?”.
Suaminya menjawab, “Berikanlah makan pengemis itu dengan daging ayam seperti yang kita makan!”.
Setelah memberi makanan kepada pengemis itu, isterinya masuk ke dalam rumah sambil menangis. Suaminya dengan perasaan heran bertanya kepadanya,
“Mengapa engkau menangis? Apakah karena aku menyuruhmu memberikan daging ayam kepada pengemis itu?”.
Wanita itu menggeleng halus, lalu berkata dengan nada sedih, “Wahai suamiku, aku sedih dengan perjalanan takdir yang sungguh menakjubkan hatiku.
Tahukah engkau, siapa pengemis yang ada di luar itu? Dia adalah suamiku yang pertama dulu.”
Mendengar keterangan isterinya demikian, sang suami sedikit terkejut, tapi segera ia balik bertanya,
“Dan, tahukah engkau, siapa aku yang kini menjadi suamimu ini? Aku adalah pengemis yang dulu diusirnya!”.
diambil dari: Syarah Ratib Alhaddad karya Al Habib Alawi bin Ahmad bin Hasan bin Abdulloh bin Alawi Al Haddad.
Jadi, saat kita sedang dizalimi orang lain tanpa kita mampu mencegahnya, maka selalu ingat ayat ini.
“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri…” (QS. Al-Isra’: 7).
Allah Maha Adil, Allah akan membalas setiap kebaikan dan setiap keburukan dengan adil. Sungguh, kita akan puas atas balasan yang Allah berikan.
Kita akan lega akan keadilan yang Allah berikan. Balasannya itu bisa di dunia dan tentu saja balasan yang jauh lebih dahsyat lagi adalah saat di akhirat kelak.[ind]