Chanelmuslim.com – Utsman bin Mazh’un. Di negeri yang asing itu, mereka tetap beribadah kepada Allah dan mempelajari Al-Qur’an yang mereka dapat. Meskipun berada di negeri asing, mereka memiliki semangat keislaman yang luar biasa.
Baca Juga: Masjid Bascarsija Simbol Era Utsmani di Sarajevo Resmi Dibuka Kembali
Utsman bin Mazh’un Mendapat Perlindungan Walid bin Mughirah
Saat mereka mendengar berita bahwa orang-orang Quraisy telah masuk Islam dan menyembah Allah yang Maha Esa, mereka langsung mengemasi barang-barang mereka. Seperti terbang, mereka berangkat ke Mekah, dibawa oleh kerinduan dan cinta pada kampung halaman. Namun, baru saja mereka sampai di dekat kota Mekah, mereka baru sadar bahwa berita tentang masuk Islamnya orang-orang Quraisy itu adalah dusta.
Mereka merasa sangat terpukul karena telah berlaku ceroboh dan tergesa-gesa. Apakah mereka harus meninggalkan Mekah lagi? Sepertinya tidak mungkin. Mekah sudah ada di depan mata.
Di pihak lain, orang-orang musyrik Mekah telah mendengar datangnya orang-orang Islam yang telah lama mereka kejar, bahkan berbagai perangkap telah mereka pasang untuk menangkap orang-orang itu. Dan, sekaranglah saatnya!
Perlindungan, ketika itu, merupakan satu tradisi bangsa Arab yang dihormati. Jika ada orang lemah yang beruntung mendapatkan perlindungan seorang pemuka Quraisy, maka ia telah aman dan tidak boleh diusik.
Hanya sedikit sekali dari para Muhajirin ini yang mendapatkan perlindungan, termasuk Utsman bin Mazh’un yang mendapatkan perlindungan dari Walid bin Mughirah.
Ia memasuki Mekah dengan aman. Setelah itu, ia menjalani hidup di Mekah, mengikuti pertemuan mereka tanpa khawatir akan kezaliman dan marabahaya.
Tetapi dia tetaplah Ibnu Mazh’un yang telah ditempa Al-Qur’an dan dididik oleh Muhammad saw. Ia perhatikan keadaan sekelilingnya. Ketika melihat rekan-rekannya sesama muslim dari golongan miskin dan tidak berdaya tidak mendapatkan perlindungan, bahkan banyak mendapatkan perlakuan kasar dan penyiksaan, sementara dirinya hidup aman dan tenang, nurani dan semangatnya berontak. Ia bergegas keluar rumah bertekad melepaskan perlindungannya dari Walid. Selama ini, perlindungan tersebut telah menghalanginya menikmati derita di jalan Allah dan jauh dari rekan-rekan seperjuangannya. Mereka inilah tunas-tunas dunia yang yakin akan janji Tuhan mereka. Mereka inilah generasi baru yang akan memancarkan cahaya iman dan tauhid bagi seluruh alam.
Marilah kita dengarkan kisah yang dipaparkan oleh saksi mata.
“Ketika Utsman bin Mazh’un menyaksikan penderitaan yang dialami oleh para sahabat Rasulullah saw., sementara ia bisa ke mana-mana dengan aman dan tenang karena perlindungan Walid bin Mughirah, ia berkata, ‘Demi Allah, keamanan dan ketenanganku ini disebabkan perlindungan seorang tokoh musyrik, sementara saudara-saudaraku sesama muslim mengalami ujian dan penderitaan yang tidak aku alami. Ini adalah satu kekurangan besar pada diriku.’
Lalu, ia menemui Walid bin Mughirah dan berkata, ‘Wahai Abu Abdi Syams, cukuplah sudah perlindungan, Paman. Sekarang, aku ingin melepaskan diri dari perlindungan Paman.”
‘Mengapa, wahai keponakanku? Mungkin ada dari kaumku yang menyakitimu?’ kata Walid.
‘Tidak! Aku hanya ingin menjadikan Allah sebagai Pelindungku, dan tidak ingin meminta perlindungan kepada selain-Nya. Umumkanlah maksudku ini secara terbuka di masjid seperti Paman dahulu mengumumkan perlindungan terhadap dariku.’
Keduanya berangka ke masjid. Sesampai di masjid, Walid memberikan pengumuman, ‘Utsman datang menemuiku untuk melepaskan jaminan perlindungan dariku.’
Utsman melanjutkan, ‘Apa yang dikatakannya benar. Dia benar-benar menepati janjinya. Dia melindungiku dengan baik. Hanya saja aku tidak ingin lagi mencari perlindungan selain kepada Allah.’
Setelah itu, Utsman pergi.
Di satu pertemuan kaum Quraisy, Labid bin Rabi’ah sedang menyandungkan syair gubahannya. Menarik, hingga Utsman pun turut mendengarkannya. Di antara bunyi syairnya,
‘Ketahuilah bahwa apa pun yang selain Allah adalah hampa’
‘Benar sekali,’Utsman mengomentari.
Sambung Labid,
‘Dan semua nikmat, pasti akan lenyap’
‘Bohong! Kenikmatan surga tidak akan lenyap,’Komentar Utsman.
Kata Labid, ‘Hai orang-orang Quraisy, demi tuhan, selama ini aku (sebagai rekan kalian) tidak pernah dihina seperti ini. Sejak kapan ini terjadi?’
Satu dari mereka berbicara, ‘Si bodoh itu telah meninggalkan agama kita. Ucapannya tidak usah dihiraukan.’
Utsman terus memberikan komentar terhadap syair-syair Labid hingga terjadi pertengkaran di antara keduanya. Laki-laki tadi mendekati Utsman dan memukulnya tepat mengenai mata Utsman. Saat itu, Walid berada dekat di tempat kejadian. Ia melihat peristiwa yang dialami Utsman. Ia berkata kepada keponakannya itu, ‘Semestinya, matamu itu tidak perlu mengalami hal ini jika kamu tetap dalam perlindunganku.’
Utsman menjawab, ‘Tidak! Bahkan mataku yang satunya merindukan pukulan yang dialami pasangannya untuk membela ajaran Allah. Aku sekarang berada dalam perlindungan Zat yang lebih perkasa dan lebih mampu darimu, wahai Abu Abdi Syams.’
‘Ayolah Utsman! Jika kamu ingin, kembalilah ke perlindunganku,’ kata Walid.
‘Tidak!’ jawab Ibnu Mazh’un.
Ibnu Mazh’un meninggalkan tempat itu dengan mata yang kesakitan, tetapi jiwanya senang dan gembira.
Di tengah jalan menuju rumahnya, ia menyandung syair gubahannya.
‘Jika demi membela agama tercinta
Mataku terkena pukulan para pendusta agama
Maka Yang Maha Rahman telah menyediakan imbalannya
Siapa saja yang diridhai-Nya pasti berbahagia
Jika kalian menuduhku sesat
Aku tetap akan berada di barisan Muhammad
Tujuanku hanya Allah
Islam tetaplah agama yang benar
Meskipun kalian berbuat aniaya dan melakukan tipu daya.”
Seperti itulah Utsman bin Mazh’un memberikan contoh dan teladan yang semestinya. Dunia menjadi saksi keberadaan seorang tokoh mulia yang telah mengharumkan kehidupan ini dengan pendirian yang luar biasa dan kata-kata indah yang akan selalu dikenang.
“Demi Allah, sesungguhnya, mataku yang satunya merindukan pukulan yang dialami pasangannya untuk membela ajaran Allah. Aku sekarang berada dalam perlindungan Zat yang lebih perkasa dan lebih mampu darimu.”
Setelah keluar dari perlindungan Walid, tidak jarang Utsman mendapatkan siksaan dari orang-orang Quraisy. Ia merasa sangat bahagia. Semua siksaan dari orang-orang Quraisy. Ia merasa sangat bahagia. Semua siksaan itu tak ubahnya api yang semakin mematangkan keimanan. Juga membersihkan keimanannya dari semua kotoran, seperti pandai besi yang membersihkan karat besi dengan api.
Sepeti itulah! Ia harus melangkah bersama saudara-saudara seperjuangan, tidak gentar oleh ancaman, dan tidak mundur oleh siksaan.
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom