ChanelMuslim.com – Sahabat Muslim, sebagai manusia, hendaknya kita jadikan taubat sebagai kebutuhan kita. Hendaknya kita bertaubat setiap harinya.
Tidak ada jaminan bahwa kita tidak melakukan dosa sedikit pun ketika menjalankan satu hari penuh selama 24 jam.
Baca Juga: Shalat Taubat Nasuha
Taubat sebagai Kebutuhan Manusia
Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk selalu melakukan taubat. Dikutip dari Alfahmu.id, website resmi Ustaz Farid Nu’man, kita harus merenungi dalil-dalil tentang taubat berikut.
Allah Ta’ala berfirman:
وَأَنِ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوا إِلَيْهِ يُمَتِّعْكُمْ مَتَاعًا حَسَنًا إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى وَيُؤْتِ كُلَّ ذِي فَضْلٍ فَضْلَه
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai kepada waktu yang telah ditentukan.
Dan Dia akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya. (QS. Huud: 3)
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku benar-benar beristighfar kepada Allah dan bertobat kepadaNya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari No. 6307)
Dalam hadits lain:
وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ، فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Dan Aku beristighfar kepada Allah dalam sehari 100 kali.” (HR. Muslim No. 2702)
Baca Juga: Bantahan Ibnu Abbas yang Membuat 2000 Orang dari Kaum Khawarij Bertaubat
Tiga Syarat Taubat
Imam Mujahid berkata:
من لم يتب كل صباح ومساء فهو من الظالمين
“Barang siapa yang tidak bertobat pagi dan petang maka dia termasuk orang-orang yang zalim.” (Min Aqwaal As Salaf, Al Qismu Ar Raabi’)
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata,
قَالَ العلماءُ: التَّوْبَةُ وَاجبَةٌ مِنْ كُلِّ ذَنْب, فإنْ كَانتِ المَعْصِيَةُ بَيْنَ العَبْدِ وبَيْنَ اللهِ تَعَالَى لاَ تَتَعلَّقُ بحقّ آدَمِيٍّ, فَلَهَا ثَلاثَةُ شُرُوط: أحَدُها: أنْ يُقلِعَ عَنِ المَعصِيَةِ. والثَّانِي: أَنْ يَنْدَمَ عَلَى فِعْلِهَا. والثَّالثُ: أنْ يَعْزِمَ أَنْ لا يعُودَ إِلَيْهَا أَبَداً. فَإِنْ فُقِدَ أَحَدُ الثَّلاثَةِ لَمْ تَصِحَّ تَوبَتُهُ. وإنْ كَانَتِ المَعْصِيةُ تَتَعَلقُ بآدَمِيٍّ فَشُرُوطُهَا أرْبَعَةٌ: هذِهِ الثَّلاثَةُ, وأنْ يَبْرَأ مِنْ حَقّ صَاحِبِها, فَإِنْ كَانَتْ مالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدَّهُ إِلَيْه, وإنْ كَانَت حَدَّ قَذْفٍ ونَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ, وإنْ كَانْت غِيبَةً استَحَلَّهُ مِنْهَا.
Berkata para ulama, bertobat itu wajib untuk semua dosa. Jika maksiatnya terkait kesalahan manusia kepada Allah, bukan terkait hak-hak manusia.
Maka, ada tiga syarat tobat.
1. Dia meninggalkannya
2. Dia menyesalinya
3. Bertekad tidak mengulanginya selamanya. Jika satu saja tidak ada, maka tidak sah tobatnya.
Sedangkan jika maksiatnya tetkait dengan hak-hak manusia, maka syaratnya ada empat, yaitu tiga yang sebelumnya, dan hendaknya dia mengembalikan hak saudaranya.
Jika terkait harta, maka kembalikan kepada pemiliknya. Jika dia menuduh maka hendaknya minta maaf, dan jika menggunjing maka minta dihalalkan atasnya. (Riyadhush shalihin, Bab At Taubah)
Sahabat Muslim, semoga kita menjadi hamba yang senantiasa memohon ampun kepada Allah dan bertekad tidak mengulangi kesalahan yang sama. [Cms]