NIKMATNYA ibadah ketika tertimpa musibah. Ya, kata-kata ini mujarab bagi yang tengah dirundung duka dan ujian dalam hidup.
Mengingatkan diri untuk lebih khusyuk dalam mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa taala.
“Anakmu terinjak kuda dan meninggal seketika.”
“Innalillahi wa innailaihi rojiun,” sejenak ia tertunduk sedih.
Usai prosesi pemakaman, ia segera melanjutkan perjalanan untuk menemui Walid bin Abdul Malik dengan tetap memuji kebesaran Allah.
Pria yang baru kehilangan putra tersayangnya itu adalah Urwah Ibn Zubair, putra Zubair bin Awwam, salah satu dari 10 sahabat yang dijamin surga.
Kakeknya adalah Abu Bakar. Ibunya adalah Asma binti Abu Bakar. Bibinya adalah Ummul Mukminin Aisyah. Sungguh seseorang dengan garis nasab yang sangat mulia.
Sejarah mencatatnya sebagai salah satu dari tujuh fuqaha Madinah, ahli fiqih dari generasi tabi’in.
Rupanya ujian yang dialaminya dalam perjalanan itu belum berakhir. Kakinya tetiba mengalami infeksi yang mengharuskannya diamputasi.
Sahabat-sahabatnya menyarankan untuk minum khamr saat kakinya dipotong untuk mengurangi rasa sakit.
“Aku tidak akan memanfaatkan sesuatu yang diharamkan oleh Allah hanya karena ingin sembuh.”
Ia lalu meminta dipotong kakinya saat shalat, karena ketika shalat ia begitu khusyuk dan tak akan merasakan apa-apa lagi.
Begitu kakinya diamputasi, ia segera berucap syukur, “Demi Allah selama 40 tahun aku belum pernah melangkahkan kaki ke tempat haram dan aku bersyukur bisa mengembalikan kakiku pada Rabbku dalam keadaan suci.”
Baca juga: Ujian Keimanan Urwah bin Zubair Saat Harus Kehilangan Kaki dan Anaknya (Bag. 2)
Nikmatnya Ibadah Ketika Tertimpa Musibah
Penulis buku Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti menulis, tak semua manusia “sanggup” menghadapi ujian bertubi-tubi seperti yang dialami Urwah Ibn Zubair yang harus kehilangan anak kesayangan dan kakinya dalam satu perjalanan.
Biasanya saat diuji manusia akan lebih dekat dengan Allah. Ibadah menjadi lebih khusyuk. Doa-doa yang dideraskan dari sanubari terdalam.
Namun begitu ujian itu diangkat dan diganti nikmat, manusia akan kembali menjauh dari Allah, bahkan terjerumus dalam maksiat.
View this post on Instagram
Sebagaimana yang diingatkan Allah dalam QS Yunus: 12,
“Dan apabila manusia ditimpa bahaya ia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, ia (kembali) melalui (jalannya yang sesat),
seolah-olah tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”
Jika Allah memberikan ujian, pasti membukakan pintu maaf. Jika Allah mengambil sesuatu, pasti menggantinya dengan yang lebih baik.
Dari kisah Urwah Ibn Zubair kita belajar bagaimana istiqamah saat diuji nikmat maupun musibah.[ind]