DI SISI lain, Sayyidah Nafisah dikenal sebagai wanita shalihah, takut kepada Allah, tekun ibadah, puasa, shalat malam, zuhud, banyak menangis, 30 kali haji, hapal Al Quran dan tafsirnya, makan hanya tiga hari sekali, banyak karamah, dan kuburnya dikenal merupakan salah satu tempat mustajab berdoa.
Ketika ada orang bertanya kepadanya karena Ibadahnya itu, “Apakah kamu tidak bersikap lembut atas dirimu?” Nafisah menjawab: “Bagaimana mungkin aku bersikap lembut terhadap diriku, sementara di hadapanku akibat yang baik hanya bagi orang-orang yang beruntung?”
Imam Adz Dzahabi menambahkan:
Dikatakan bahwa dia (Nafisah) adalah wanita shalihah, ahli ibadah, berdoa di sisi kuburnya mustajab, begitu pula berdoa di sisi kubur para nabi dan orang-orang shalih, di masjid-masjid, arafah, muzdalifah …………. (Ibid).
Ibnu Khalikan juga mengatakan hal serupa, “Kuburnya dikenal sebagai tempat yang diijabahnya doa di sisinya, mujarrab (terbukti), semoga Allah meridhainya.” (Wafayat Al A’yan, 5/424).
Di antara karamah yang Allah Ta’ala berikan kepadanya adalah saat keluarga Yahudi menitipkan anaknya yang perempuan dan lumpuh.
Nafisah menyembuhkannya dengan tangannya, anak itu bisa berjalan, setelah peristiwa itu keluarga Yahudi itu masuk Islam, begitu juga tetangganya sampai sebanyak 70 orang. (Ad Durul Mantsur, hal. 522).
Karamah lain, diceritakan oleh Imam Al Muqrizi, bahwa disaat sungai Nil kekeringan, orang-orang mengadukan hal itu kepada Nafisah, lalu Nafisah mendoakan mereka, dan memberikan selendangnya kepada mereka untuk di lemparkan ke Nil, lalu sungai meluap airnya dan memberikan manfaat bagi manusia dengan izin Allah Ta’ala. (Al Mawa’izh wal I’tibar, 4/26).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Nafisah, Potret Ulama Wanita Generasi Awal Yang Terlupakan (2)
Baca juga: Nafisah, Potret Ulama Wanita Generasi Awal Yang Terlupakan (1)
Beliau wafat dalam kondisi ibadah, yaitu saat berpuasa (Ramadhan), yang sejak 30 tahun lalu dia berdoa agar wafat dalam keadaan puasa.
Orang-orang memintanya berbuka saja, tapi Beliau berkata:
واعجباه لي منذ ثلاثين سنة أسأل الله تعالى أن ألقاه وأنا صائمة أأفطر الآن هذا لا يكون؟!
“Sejak 30 tahun lalu saya berdoa agar dapat berjumpa Allah dalam keadaan berpuasa, dan sekarang saya harus berbuka? Itu tidak akan terjadi.”
Di detik-detik wafatnya, Sayyidah Nafisah membaca ayat Al Quran: “Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya.” (QS. Al An’am: 127), lalu wafat dan di kuburkan di rumahnya, di antara Kairo lama dan Kairo baru.
Suaminya ingin menguburkannya di Madinah, tapi ditahan oleh penduduk Mesir karena kecintaan mereka. (Ad Durul Mantsur, hal. 522. Al Bidayah wan Nihayah, 10/286).
Semoga Allah Ta’ala merahmati dan meridhai Sayyidah Nafisah.
Sesungguhnya apa yang ada pada dirinya, baik keilmuannya, ibadahnya, zuhudnya, kedermawanannya, karamahnya, semua itu adalah karunai Allah Ta’ala kepadanya dan kepada hamba-hamba yang mujahadah menuju jalan-Nya.
Lalu, siapa Sayyidah Nafisah zaman ini?[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah