ChanelMuslim.com – Kesibukan yang Melupakan, oleh: Ustaz Umar Hidayat, M.Ag.
“Sesungguhnya diantara dosa-dosa, ada yang tidak bisa dihapus dengan pahala shalat, sedekah atau haji, namun hanya dapat dihapus dengan bersusah payah dalam mencari nafkah.” (Ath- Thabrani )
Lelah, penat dan tak ada berkesudahan. Itu yang dirasakan setiap saat, bila apa yang kita lakukan hanya sekadar mengejar dunia. Bahkan kadang kesibukan dunia melupakan segalanya. Seperti seseorang yang kehausan merasakan dahaga yang begitu sangat, lalu hanya meneguk air laut. Begitu minum terasa tetap terasa haus tak berkesudahan.
Baca Juga: Belajar Agama dengan Sarana Video tanpa Hadir ke Majelis karena Kesibukan
Kesibukan yang Melupakan
Dunia ini bagi siapapun tak pandang bulu, status dan jabatan, orang awam maupun bangsawan, abangan ataupun santri bahkan agamawan sekalipun, sesungguhnya adalah ujian. Siapa pun ia yang tidak kuat terhadap ujian ini akan mengalami kegoncangan dan kerusakan. Misal tentang urusan uang, seorang ustaz pun bisa terjerumus dan hilang keustazannya. Seorang terpandang dan terpelajar pun bisa terperosok dalam kubang kehinaan.
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya.” (al-Kahfi: 7). Bahkan Allah menguji kita dengan keburukan dan kebaikan (al-Anbiya: 35)
Nyatalah kiranya sifat dunia itu; sementara, menggoda, tidak memuaskan, tidak abadi, melalaikan, menarik hati, menyilaukan, melupakan dan menghinakan. Ketika kita sudah tahu karakter dan sifat dunia seperti itu mestinya kita bisa memperlakukannya dengan baik dan sesuai porsinya; tidak lebih pun tidak kurang, dalam takarannya. Benar kata Abu Bakar dalam munajatnya, “Ya Allah, letakkanlah dunia ini di tanganku bukan di hatiku”.
Bukan berarti kita tidak butuh dunia, faktanya kita sekarang ini dan di sini hidup di dunia. Hanya kita harus mengelolanya dengan baik. Bukankah ini esensi tugas kedua manusia sebagai kholifah fil ardhi (setelah tugas pertamanya sebagai ‘abdun). Bukan pula kita harus menghindari dunia ini secara kaku. Faktanya banyak sahabat Rasulullah juga menjadi orang yang kaya raya, berharta tidak kekurangan bahkan berlebih, tetapi mereka tetap hidup bersahaja dalam bingkai keimanan yang tangguh. Seperti Isman bin Affan, Abdurahman bin Auf, dll.
Merekalah para lelaki yang tidak tergoda dengan harta, hartanya tidak menghalangi mereka untuk beribadah kepada Allah. Bahkan sebagai sarana untuk mendekatkan diri pada-Nya. Mereka tinggalkan perdagangan dan perniagaan untuk segera mendirikan sholat saat Allah dan Rasulnya memanggilnya. Mereka menginfaqkan dijalan-Nya dalam jumlah yang sangat besar untuk ukuran kita zaman sekarang.
Bahkan mereka terus berjibaku untuk hidup di atas kekayaan untuk selanjutnya bisa disumbangkan fisabilillah. Menakjubkan. Apakah hartanya berkurang? Tidak. Bahkan semakin bertambah. Seiring bertambahnya kedekatan mereka kepada Allah.
Siapa sih yang tidak kenal Abdurrahman bin Auf? Sahabat yang dijamin masuk surga, sangat kaya dan dermawan. Bahkan pernah mendermakan semua hartanya demi membela Islam. Suatu hari Rasulullah saw, berkata bahwa Abdurrahman bin Auf ra akan masuk surga paling akhir sekali karena terlalu kaya dan akan dihisab paling lama. Mendengarkan hal ini, Abdurrahman bin Auf sangat sedih, lalu berfikir, bagaimana caranya agar bisa jadi miskin supaya dapat masuk surga duluan.
Setelah Perang Tabuk, kurma di Madinah yang ditinggalkan para sahabat menjadi busuk. Lalu harganya jatuh. Mendengar informasi tersebut, Abdurrahman bin Auf ikut prihatin sekaligus merasa kebetulan baginya ini adalah jalan untuk menjadi miskin. Lalu ia menjual semua hartanya, kemudian memborong semua kurma busuk milik para sahabat tadi dengan harga kurma bagus. Semua sahabat bersyukur dan senang. Begitu bahagianya Abdurrahman bin Auf karena yakin akan jatuh miskin, dan akan masuk surga duluan.
Namun, subhanallah. Rencana Allah swt itu memang paling indah dan terbaik. Tiba-tiba, datang utusan dari negeri Yaman membawa berita, bahwa Raja Yaman mencari kurma busuk. Di negeri Yaman sedang berjangkit wabah penyakit menular, dan obat yang dapat menyembuhkan penyakit itu adalah kurma busuk. Orang yang memiliki banyak kurma busuk adalah Abdurrahman bin Auf, maka utusan Raja Yaman berniat memborong semua kurma tersebut dengan harga 10 kali lipat.
Apa yang terjadi kemudian, bukannya bangkrut dan jatuh miskin, Abdurrahman bin Auf malah bertambah kaya raya karena kedermawanannya.
Lelahmu akan terganti dengan yang lebih baik bila Lillah di hati.[ind]