ChanelMuslim.com – Kebangkitan peradaban Islam sangat bergantung pada budaya literasi yang berkembang di masanya.
Ini telah terbukti pada awal kebangkitan Islam, tepatnya 20 tahun setelah Islam dibawa oleh Rasulullah, bangsa arab yang awalnya tidak mengenal budaya tulis menjadi bangsa yang paling haus menulis.
Para shahabat Rasulullah tidak hanya memiliki catatan nash-nash al-Quran tetapi mereka juga saling berlomba-lomba mencatat hadits meskipun pada saat itu sempat ada larangan penulisan hadits oleh Rasulullah karena khawatir tercampur dengan nash al-Qur’an.
Baca Juga:Pentingnya Pengembangan Literasi Digital
Kebangkitan Peradaban Islam Ada Pada Budaya Literasinya
Namun, ini bisa menjadi bukti bahwa budaya literasi telah berjalan masif di masa Rasulullah. Shahabat ‘Abdullah bin Amr bin Ash yang terkenal dengan catatannya al-Shahifah al-Sadiqah telah mentransfernya kepada muridnya Abu Subrah dan cucunya Shu’ayb bin Muhammad bin Abdullah bin Amr.
Profesor Hamidullah dari Prancis, seorang ahli manuskrip kuno melakukan riset bahwa diantara negara-negara kuno yang pernah ada, Madinah adalah negara pertama di dunia yang memiliki konstitusi tertulis yang di bentuk tahun 623 Masehi.
Dan pada tahun 637 Masehi umat Islam sudah berhasil mengalahkan Romawi dan membentuk peradaban tinggi di Yarussalem. Tahun 711 umat Islam berhasil memimpin eropa selama 800 tahun. Ini bukti bahwa budaya literasi sangatlah berpengaruh pada kebangkitan suatu bangsa.
Tim Wallace-Murphy, sejarawan Barat, dalam bukunya What Islam Did for Us mengatakan bahwa peradaban Barat memiliki hutang terhadap Islam dan sampai kapanpun hutang ini tidak akan pernah bisa terbayar.
Peradaban barat dahulu sebelum kebangkitannya mempelajari sains dan teknologi pada peradaban Islam, terutama saat Islam berkuasa di Andalusia selama 800 tahun.
Di dalam buku tersebut juga diceritakan, ada seorang pendeta bernama Gerard Cremona di Inggris menerjemahkan 90 buku karya ulama dalam berbagai bidang. [Ln]