ChanelMuslim.com – Jika Ingin Menjadi Pahlawan, maka Berbelanjalah!
Kalimat di atas barangkali terdengar seperti bercanda, tapi walau sepele mungkin terselip kekuatan yang manjur untuk memutar roda perekonomian di masa transisi pelongggaran PSBB ini.
Jika ingin menjadi pahlawan di era pandemi ini, maka belanjalah.
Shopping, mungkin dulu identik dengan konsumerisme, pemborosan, atau berfoya-foya. Akan tetapi saat ini, berbelanja adalah salah satu solusi yang dibutuhkan masyarakat dan negara untuk bertahan.
Benar dan merupakan hal wajar jika banyak di antara kita berpikir, kini saatnya menabung, berjaga-jaga jika situasi memburuk. Betul, meski juga ada risikonya.
Baca Juga: Pahlawan Era Milenial
Jika Ingin Menjadi Pahlawan, maka Berbelanjalah!
Jika semua orang berpikir demikian, justru situasi menjadi buruk karena uang disimpan tanpa ada aktifitas jual beli.
Tidak ada yang berbelanja berarti banyak usaha akan mati, banyak orang kehilangan pekerjaan, banyak keluarga tidak ada penghasilan, dan banyak anak akan kekurangan gizi.
Jika pada masa krisis moneter 1998 penyelamat perekonomian adalah UKM yang tidak terimbas parah, kini di masa pandemi UKM menjadi korban pertama.
Sebagian besar pengusaha kecil tidak punya tabungan, tidak ada dana cadangan, dan semua habis entah karena berbulan tidak bisa membuka toko atau outlet mereka, atau karena tidak ada pembeli.
Pengusaha besar, walau mungkin di bulan pertama-kedua bisa bertahan, akan tetapi setelah tiga-empat bulan tanpa penghasilan apalagi jika berlarut-larut juga akan berjatuhan satu per satu.
Bagaimana menyelamatkan mereka? Salah satunya dengan berbelanja. Tentu tetap dengan skala prioritas dan memerhatikan pemasukan. Bukan asal gesek kartu kredit dan hanya menambah banyak beban padahal pemasukan bisa jadi malah berkurang.
Berbelanjalah, khususnya mereka, deret individu yang sejauh ini bertahan dan melewati pandemi tanpa kesulitan berarti. Mungkin ditopang sisa tabungan, gaji yang masih mengalir alias stabil, atau sebab usaha yang dilakukan masuk dalam sektor yang justru berkembang di masa pandemi. Kelompok inilah yang harus menjadi pelopor untuk memastikan roda ekonomi tetap berputar.
Jika mempunyai uang, jika ada dana berlebih, jika tabungan cukup untuk bertahan maka berbelanjalah. Karena dengan berbelanja insya Allah ekonomi bangkit, bisnis berjalan, dan kita bisa menabung lagi, sama-sama saling bantu untuk bertahan lebih lama.
Bukan berarti semua harus kalap membeli barang-barang branded mahal yang tidak dibutuhkan. Sikap selektif tetap harus dilakukan.
Pertama, prioritaskan pada pengusaha kecil, sebab mereka termasuk yang paling merasakan dampak wabah corona. Berbeda dengan pegawai yang sebagian gaji masih dibayarkan, pengusaha kecil langsung berkurang bahkan ada yang berhenti mendapat pemasukan, padahal mereka tetap harus membayar aneka pengeluaran.
Jadi belanjalah pada mereka; warung tetangga, membeli jajanan di tukang keliling yang bersih makanannya, di toko kecil, dan UKM lainnya.
Kedua, berbelanjalah pada pengusaha yang mempekerjakan banyak orang. Kalaupun kita berbelanja di toko besar yang mempekerjakan banyak orang, maka kita juga berperan menyelamatkan banyak keluarga yang bertumpu pada kestabilan perusahaan tersebut.
Ketiga, berbelanjalah untuk satuan kecil tapi banyak. Anda bisa menghabiskan seratus juta untuk satu produk dan membahagiakan satu marketer atau bisa juga menghabiskan seratus juta untuk seribu jenis produk senilai seratus ribu dan membahagiakan seribu orang. Semakin banyak yang terbantu dan terbahagiakan, semakin baik.
Keempat, berbelanjalah pada pengusaha yang mempunyai reputasi positif. Ada pengusaha yang menghabiskan kekayaannya untuk berfoya-foya, bahkan narkoba. Ada pengusaha yang dikenal selalu rutin mengalokasikan keuntungannya untuk kegiatan sosial, ibadah, dan kebaikan. Berbelanja pada mereka memberi ruang kemanfaatan dunia akhirat lebih banyak, seiring semakin besarnya omzet dan keuntungan mereka.
Jadi, ini serius. Jika ingin menjadi pahlawan di masa pandemi, maka berbelanjalah. NIatkan untuk membantu meringankan sesama, jangan lupakan juga sedekah yang bisa menolak bala. Semoga dengan begitu Allah berkenan mencatatnya sebagai perbuatan baik yang mendatangkan pahala, dan keberkahan.[ind]
Ditulis oleh: Asma Nadia
Artikel sudah tayang di Resonansi Republika, Sabtu 20 Juni 2020