JASA ibu untuk anak-anak nilainya tiga kali dari ayah. Meskipun hal itu tidak mengurangi penghormatan untuk ayah.
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu menceritakan. Ada seorang yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam perihal bakti anak kepada orang tua.
“Siapakah aku harus berbakti pertama kali?” tanya orang itu kepada Rasulullah.
Nabi menjawab ‘ibumu’ hingga tiga kali. Setelah itu ‘ayahmu’. Kenapa ibu disebut tiga kali dan ayah disebut satu kali.
Satu, ibu yang mengandung, ayah tidak.
Setiap anak mengalami proses penciptaannya pertama kali dalam perut ibu. Selama 40 hari dalam bentuk air mani, 40 hari kedua dalam bentuk segumpal darah, dan 40 hari ketiga dalam bentuk segumpal daging.
Setelah 120 hari itu, barulah Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh kepada sang janin yang berusia 4 bulan itu.
Setelah empat bulan, sang janin hidup. Ia mulai bergerak-gerak. Bahkan memberikan semacam reaksi dari aksi yang diberikan ibu.
Berat janin kian hari kian berat. Ada yang beratnya dua kiloan, tiga kiloan, empat kiloan, dan seterusnya. Selama 9 bulan, ibu terus membawa-bawa sang janin kemana pun dan keadaan apa pun.
Bayangkan, betapa beratnya dan betapa repotnya. Kalau dicoba-coba, silahkan ikat tabung gas melon 3 kilogram di perut. Dan jangan dilepas kemana pun kita pergi. Tentu akan sangat berat dan repot sekali.
Itulah yang dilakukan seorang ibu. Ia lakukan itu dengan sukarela, senang, bahagia, dan penuh keikhlasan.
Dua, ibu yang melahirkan, ayah tidak.
Melahirkan merupakan perjuangan paling berat seorang ibu. Risikonya bukan sekadar sakit yang luar biasa, tapi juga nyawa.
Ada proses melahirkan yang ringan, dan banyak juga yang butuh waktu lama. Selama itu, sang ibu mengalami kepayahan, sakit, khawatir, dan lainnya.
Yang dikeluarkan dari proses melahirkan, selain bayi yang besar, juga darah. Itulah simbol dari jihad seorang ibu yang beriringan dengan tetesan darah.
Dan proses jihad itu dilakukan oleh sang ibu dengan penuh kerelaan, bahagia, dan ikhlas. Tak seorang pun ibu yang menyesal setelah melahirkan.
Tiga, ibu yang menyusui, ayah tidak.
Beban berat ketiga seorang ibu adalah menyusui sang bayi. Belum lagi sembuh luka-luka tubuhnya setelah melahirkan. Belum lagi hilang rasa sakit setelah melahirkan, ia harus menunaikan tugas berikutnya, yaitu menyusui sang bayi.
Selama dua tahun, ibu harus siaga menyusui sang bayi. Kapan pun sang bayi ingin menyusu, ibu harus siap siaga. Dua puluh empat jam siap siaga dalam sehari.
Lagi-lagi, hal itu dilakukan sang ibu dengan penuh kerelaan, bahagia, dan ikhlas. Tak seorang ibu yang marah-marah melayani bayinya untuk menyusui. Masya Allah. [Mh]