ChanelMuslim.com – Dakwah itu Mulai dari yang Kecil, oleh: Hj. Enny Hidajati, S.S., M.M. (PW Salimah Sumatera Selatan)
Bermula dari sebuah keprihatinan berbalut sedikit ironi. Sebuah gedung megah mentereng tujuh lantai; lift penghubung untuk menjangkaunya; penyejuk ruangan bertebar di mana-mana; mushola kecil yang cukup representatif; namun masih menyisakan hal “sepele” itu: mukena bau!
Aha, rupanya persoalan mukena ini terlewat oleh hiruk-pikuk aktivitas seluruh penghuni gedung. Jikalau terlintas, hanya pada saat-saat akan mengenakannya, yaitu saat shalat tiba. Dengan sangat terpaksa, dipakailah mukena yang aromanya sudah tidak dapat didefinisikan lagi. Bercak-bercak bekas lipstik dan sapuan bedak ikut pula menghiasi. Sempurnalah sudah.
Baca Juga: Gubernur Anies: Selama Pandemi, Pola Dakwah Terjadi Pergeseran
Dakwah itu Mulai dari yang Kecil
Tentu hal ini tidak bisa dipertahankan. Saling menggantungkan dan mengharapkan, namun kepada siapa? Gara-gara mukena bau, jadi terganggu kekhusyuan salat. “Harus segera bertindak,” gumamku dalam hati.
Maka sepulang dari kantor, kuambil beberapa mukena yang masih sangat layak pakai dari dalam lemari pakaianku. Keesokan harinya, kuangsurkan ke rak penyimpanan mukena kantor sembari kuambil mukena yang lama. Kucolek juga beberapa teman, siapa tahu ada koleksi mukena mereka yang berniat disumbangkan buat inventaris mushola. Alhamdulillah, terdata, ada beberapa mukena layak pakai yang akan menyusul besok pagi. Total ada 7 potong mukena pengganti selama mukena lama kucuci. “Cukuplah,” pikirku.
Aku pulang dengan membawa sekantung besar mukena kotor. Agar terasa ringan dan tidak menganggap sebagai beban, setiap hari kumasukkan dua atau tiga potong mukena di antara baju-baju yang menderu di mesin cuci. Bukankah selama seminggu ke depan posisi mukena masih aman? Artinya, tidak perlu sekaligus mencucinya. Sesuai perhitunganku, usai seluruh mukena dicuci, setumpuk mukena wangi siap beraksi.
Proses mengangsur mukena lama dan yang sudah dicuci ini kunamai Gerakan Mukena Bersih (GMB). Ternyata dalam perjalanannya, urusan GMB itu tak hanya sekadar mencuci. Sekian lama berlangsung, ada beberapa hal yang menjadi pelengkap ceritanya. Ada mukena yang bolong karena salah menyetrika oleh ART; Ada karet pinggang yang kendor dan perlu diganti; ada pula yang sobek di sana-sini. Tentu saja, menerima sumbangan mukena baru yang betul-betul baru buka kemasannya, menjadi bunga-bunga penyemangat GMB ini.
Dalam perjalanannya pula, GMB menjadi salah satu program unggulan Departemen Dakwah Pimpinan Wilayah (PW) Salimah Sumatera Selatan. Dengan semangat menularkan virus kebaikan, aksi kecil ini digulirkan kepada pengurus Salimah lainnya.
Aksi dimulai dari menerima sumbangan mukena layak pakai atau mukena baru dari para pengurus dan donatur lain. Kemudian, aksi dilanjutkan dengan menitipkan kepada beberapa Pimpinan Cabang (PC) Salimah terdekat. Selanjutnya, dititipkan pula sejumlah pesan kepada mereka.
Pertama, bekerja sama dengan pengurus masjid atau musholla terdekat yang punya masalah serupa: mukena yang terabaikan. Maksudnya, agar GMB mendapatkan legalitas, dan penanggung jawab mukena kotor menjadi jelas.
Kedua, sesegera mungkin beraksi: mengangsur mukena kotor; menggantikannya dengan yang bersih; dan setiap satu sampai dua minggu kemudian, siklus ini diulang kembali.
Ketiga, pengelola harus istiqamah karena gerakan ini akan sepi dari publikasi, ujian, dan komentar positif lain yang dapat mengisi semangat para relawannya.
Alhamdulillah, tanpa terasa, GMB sudah berlangsung selama lima tahun di gedung megah ini. Bermula dari tujuh mukena yang tak terurus, sekarang sudah lebih dari 20 mukena siap menjalani siklus berbakti.
Setiap siklus, hanya dikeluarkan 7-8 mukena bersih, agar tidak terlampau berat saat proses mencucinya. Bermula dari program diam-diam dalam senyap, sekarang sudah berebut teman-teman kantor yang berpartisipasi dalam proses pencucian dan perawatannya.
Dari pengumpulan mukena laik pakai, aksi berkembang menjadi donasi sajadah, mushaf Alquran, bahkan karpet mushola kami.
Berawal dari mushola kecil di sebuah lantai gedung, sekarang sudah menyebar di beberapa masjid dan mushola di luar sana. Berangkat dari hal yang sangat kecil menuju sebuah kebaikan bersama: Indonesia. Semoga bukan utopia semata![ind]
Disclaimer:
Tulisan ini sudah dimuat dalam buku “Salimah Berkisah tentang Indonesia”