ChanelMuslim.com – Berziarah ke Kota Nabi, Madinah al-Munawwarah atau “kota yang bercahaya” adalah sebuah kota di Hejaz yang menjadi tujuan hijrah Nabi Muhammad dari Mekkah.
Penulis Maya Agustiana merekam memori perjalanannya saat berkunjung ke kota tersebut.
Di kota ini terdapat Masjid Nabawi (Masjid Nabi), tempat dimakamkannya Nabi Muhammad, dan kota ini juga merupakan kota paling suci kedua di dalam agama Islam setelah Mekkah.
Madīnah secara umum berarti “kota”. Sebelum kedatangan Islam, kota ini dikenal dengan nama Yatsrib. Kata Yatsrib ada di dalam Alquran Surah Al-Ahzab.
Madinah dikenal juga sebagai Thaibah. Sebuah nama alternatif lainnya yakni al-Madīnah an-Nabawīyah, “kota Nabi”.
Madinah berjarak 210 mil (340 km) dari Mekkah dan sekitar 120 mil (190 km) dari garis pantai Laut Merah.
Tempat ini mejadi tempat yang paling strategis di wilayah Hejaz, beberapa aliran sungai mengaliri kota ini. Setiap batas kota dikelilingi oleh bukit dan gunung.
Kota lama Madinah sebenarnya berbentuk bulat telur, dikelilingi benteng-benteng yang kuat, sekitar 30 hingga 40 kaki (9,1 hingga 12,2 m) tingginya, tertanggal sejak abad ke-12, benteng tersebut dilengkapi menara.
Benteng tersebut memiliki empat gerbang, yaitu Bab-al-Salam, atau gerbang Mesir, dikenal karena bentuknya yang indah.
Di samping tembok kota, batas utara dan selatan dibatasi oleh perumahan, lahan kosong, kebun-kebun dan taman.
Baca Juga: Madinah Jadi Kota Teraman di Dunia Bagi Perempuan Wisatawan
Berziarah Ke Kota Nabi, Madinah
Benteng tersebut dihancurkan pada masa kerajaan Saudi melakukan perkembangan dan perluasan Masjid Nabawi.
Setelah peristiwa hijrah, Madinah menjadi pusat perkembangan agama Islam di bawah kepemimpinan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.
Kemudian dilanjutkan oleh Khulafaur Rasyidin, Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Madinah juga tempat bagi tiga masjid tertua yang pernah dibangun, yaitu Masjid Quba, Masjid Nabawi dan Masjid Qiblatain (“masjid dua kiblat”).
Seperti kota Mekkah, non-Muslim tidak diperkenankan memasuki wilayah suci Madinah.
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi kini menjadi salah satu masjid terbesar di dunia. Masjid ini menjadi tempat paling suci kedua dalam agama Islam, setelah Masjidil Haram di Mekkah dan di buka setiap hari.
Masjid ini dulunya merupakan rumah Rasulullah yang ditempati setelah Hijrah ke Madinah pada 622 M. Bangunan masjid dibangun tanpa atap.
Masjid ini juga merupakan salah satu tempat yang disebutkan namanya dalam Alquran.
Kemajuan masjid ini tidak lepas dari pengaruh kemajuan penguasa-penguasa Islam. Pada 1909, tempat ini menjadi tempat pertama di Jazirah Arab yang diterangi pencahayaan listrik.
Masjid ini berada di bawah perlindungan dan pengawasan Penjaga Dua Tanah Suci. Masjid ini secara lokasi berada tepat di tengah-tengah kota Madinah, dengan beberapa hotel dan pasar-pasar yang mengelilinginya.
Masjid ini menjadi tujuan utama para jamaah Haji ataupun Umrah. Beberapa jamaah mengunjungi makam Nabi Muhammad untuk menelusuri jejak kehidupannya di Madinah.
Setelah perluasan besar-besaran di bawah Kesultanan Umayyah al-Walid I, dibuat tempat di atas peristirahatan terakhir Nabi Muhammad beserta dua sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Salah satu fitur terkenal Masjid Nabawi adalah Kubah Hijau yang berada di tenggara masjid, dulunya merupakan rumah Aisyah, tempat di mana kuburan Nabi Muhammad berada.
Kubah yang ada saat ini dibangun pada 1818 oleh Sultan Utsmaniyah Mahmud II, dan dicat hijau pada 1837, sejak saat itulah kubah tersebut dikenal sebagai “Kubah Hijau”.
Raudlah
Salah satu bagian Masjid Nabawi terkenal dengan sebutan Raudlah (taman surga). Doa-doa yang dipanjatkan dari Raudlah ini diyakini akan dikabulkan oleh Allah.
Raudlah terletak di antara mimbar dengan makam (dahulu rumah) Rasulullah. Seperti sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
“Tempat yang terletak di antara rumahku dengan mimbarku merupakan suatu taman di antara taman-taman surga, sedang mimbarku itu terletak di atas kolamku. (HR. Bukhari)
Luas area ini hanya 144 meter persegi. Demi ketertiban ibadah, petugas mengatur supaya jamaah bergantian berdoa di Raudhah. Selain waktu berkunjung, pintu masuk bagi jamaah laki-laki dan perempuan pun berbeda.
Jamaah perempuan yang ingin masuk ke Raudhah melalui Pintu (Gate) 25.
Sedangkan waktu kunjungan terbagi tiga, yaitu setelah shalat Subuh hingga menjelang Zuhur, lalu ba’da Zuhur hingga Ashar, kemudian ba’da shalat Isya hingga hampir tengah malam.
Jamaah perempuan masuk per kelompok. Jamaah Indonesia dikumpulkan dengan jamaah dari Malaysia, Filipina, dan Thailand. Askar yang memandu biasanya membawa papan bertuliskan “Kumpulan Berbahasa Melayu”.
Sebaiknya jamaah yang hendak ke Raudhah datang pada saat sebelum Subuh atau Isya karena waktu kunjung lebih panjang. [Maya/ind]