ChanelMuslim.com – Berapa Hari dalam Hidup Kita
Kalau ada pertanyaan, berapa hari yang ada dalam hidup kita, tentu jawabannya tidak akan pernah tepat. Hal ini karena tak seorang pun yang mampu menghitung hari usianya.
Kenapa? Untuk menghitung hari yang telah ia lewati sejak ia lahir, mungkin bisa dilakukan. Tapi masalahnya adalah yang menghitung kan masih hidup. Bagaimana mungkin ia bisa menghitung jumlah hari di seluruh usianya, sementara ia tidak tahu berapa hari lagi ia akan wafat.
Baca Juga: 10 Manfaat Gaya Hidup Hemat bagi Keluarga
Berapa Hari dalam Hidup Kita
Dengan begitu, pertanyaan berapa hari dalam hidup kita, tidak akan pernah terjawab. Kecuali ia tahu kapan akan wafat. Kenyataannya, tak seorang pun di dunia ini, termasuk para nabi, mengetahui tentang berapa hari lagi ia wafat.
Imam Hasan Al-Bashri, memiliki resep sendiri untuk menjawab pertanyaan ini. Generasi tabiin yang dibesarkan oleh isteri Rasulullah saw, Ummu Salamah, ini tidak terkecoh dengan nilai kuantitatif hari yang kita miliki. Karena semua hari dalam hidup seorang manusia itu terangkai dalam tiga keadaan.
Tiga keadaan itu adalah hari kemarin, hari esok, dan hari ini. Di hari apa pun kita berada, selalu terangkai dalam tiga keadaan itu. Menjawab secara kuantitatif berapa hari dalam hidup kita, tidak akan memberikan dampak apa pun kecuali sekadar memuaskan rasa ingin tahu kita. Padahal, Allah swt. memberikan ruang hidup berupa rangkaian hari-hari itu bukan tanpa makna dan tujuan.
Hal inilah yang ingin disampaikan Hasan Al-Bashri. Bahwa, jauh lebih baik memahami nilai kualitatif tentang hari-hari kita daripada kepuasan rasa ingin tahu tentang jumlah hari dalam hidup kita.
Hari kemarin adalah ruang dan sekaligus kesempatan hidup yang telah berlalu. Satu detik pun yang berlalu tidak akan pernah bisa kita raih lagi untuk bisa dikembalikan ke waktu sekarang. Siapa pun kita.
Yang kita bisa lakukan tentang hari kemarin adalah menangkap potret utuh tentang kita di saat itu. Itulah kita. Bagaimana mutu baik dan buruk kita selama hari kemarin itu bisa tergambar jelas. Dengan potret itu, kita bisa memberikan nilai tentang siapa kita di hari kemarin itu.
Hari esok adalah hari misteri. Tak seorang pun yang tahu tentang keadaannya di hari esok. Bagaimana rezekinya, kesehatannya, bahagia dukanya, susah senangnya, dan seterusnya. Dan tak seorang pun yang bisa memastikan apakah hari esoknya akan utuh hingga 24 jam. Atau, kurang dari itu: setengahnya, seperampatnya, atau mungkin hanya seperseribunya.
Jika seseorang berhasil mengambil potret dirinya di hari kemarin, ia tidak akan bisa memotret dirinya di hari esok. Bukan sekadar buram, tapi gelap sama sekali. Karena tak seorang pun yang bisa memastikan bahwa ia masih hidup di esok hari.
Kini, hari yang tersisa tinggal satu. Yaitu, hari ini, saat ini. Saat di mana kita masih bisa meraih potret seperti apa yang kita inginkan. Potret yang kelak akan kita lihat saat dibagikan oleh Allah swt. di hari akhirat kelak. Dan dari potret hari inilah, nasib abadi kita kelak akan ditentukan: surga atau neraka.
Hari ini juga yang akan membentuk potret baik atau buruk kita di hari kemarin dan esok. Karena di hari ini kita bisa memohon ampun atas segala keburukan keadaan hidup kita di hari kemarin. Dan di hari ini, kita bisa berdoa untuk kebaikan dan cita-cita baik kita di hari esok. (Mh)