ChanelMuslim.com- Dalam Islam itu, rumah tak sekadar bangunan. Tak sekadar ada keluarga. Tapi, ada surga dunia.
Jadi orang Islam itu sangat menyenangkan. CIta-cita hidupnya memperoleh dua bahagia. Di dunia dan akhirat.
Di dunia ada surga dunia. Dan di akhirat akan memperoleh surga yang sebenarnya. Menariknya, surga di akhirat bisa sebagai cerminan dari surga dunia.
Dan surga dunia itu adalah keluarga yang bahagia: baiti jannati. Rumahku surgaku.
Surgaku, meski Bangunannya Kecil
Jangan bayangkan rumahku surgaku sebagai rumah yang mewah. Rumah petakan pun bisa menjadi surga yang nyaman. Tergantung pada keadaan hati masing-masing anggota keluarganya.
Terkadang, rumah kecil justru bisa mempercepat interaksi. Karena di semua ruangan rumah selalu ada kebersamaan. Ngumpul di kamar bareng-bareng. Ngumpul di ruang tamu bareng-bareng.
Selalu bersama. Bukan karena program ketat agar bisa selalu bersama. Tapi lebih karena memang ruangannya cuma itu-itu saja.
Di situ ada kehangatan. Bukan sekadar kehangatan fisik yang terasa tidak dingin alias gerah. Tapi juga kehangatan hubungan. Di sini ngobrol, di sana cerita, di situ bercanda.
Kalau pun ada kles antara kakak adik, klesnya justru sebagai selingan yang nantinya akan menambah eratnya hubungan keluarga.
Suasana seperti itu pun nyaris tak bisa membuat memori anggota keluarga lupa dengan lainnya. Bagaimana bisa lupa, karena seluruh mata memandang, seluruh suara menggema, yang terlihat dan terdengar cuma anggota keluarga kita.
Yang penting dalam membangun suasana rumah sebagai surga adalah kebersihan dan kerapihan. Tidak boleh ada sampah di sembarang ruang. Dan tak boleh ada barang yang berada di bukan posisinya.
Surgaku, meski Persediannya Pas-pasan
Jangan juga bayangkan rumahku surgaku dilengkapi dengan persedian makanan yang serba ada. Buka kulkas, makanan dan minuman penuh. Buka lemari dapur, makanan tinggal pilih. Lihat gudang, berasnya masih bertumpuk.
Persediaan yang serba pas-pasan pun bisa tidak mengurangi kebahagiaan. Lagi-lagi, asal jangan isi hati anggota keluarganya yang pas-pasan.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam pernah memberikan wejangan, cukuplah beruntung seseorang yang di rumahnya tersedia makanan untuk hari itu.
Dengan kata lain, serba pas-pasan tidak boleh mengurangi rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang terus mengalir di setiap detik hidup kita. Meskipun terasa tidak banyak. Yang penting cukup.
Nabi juga pernah menasihat agar makanan bisa dicukupkan dengan jumlah orangnya. Misalnya, makanan dua porsi bisa untuk bertiga. Tiga porsi bisa cukup untuk berempat. Dan seterusnya.
Hal ini akan membiasakan anggota keluarga untuk mencukupkan diri dengan makanan yang tersedia. Karena nafsu untuk makan banyak akan sirna setelah beberapa suapan makanan masuk ke perut kita.
Jumlah porsi yang dicukupkan untuk orang yang ada, selain akan menambah semangat makan, juga akan menghindari keluarga dari tabzir atau perilaku mubazir. [Mh/bersambung]