Ada dua alasan mengapa turunnya Al-Quran bisa menjadi sangat istimewa di kalangan manusia. Bahkan hingga saat ini peringatan turunnya Al-Quran selalu dipenuhi dengan agenda-agenda umat Islam, mulai dari kajian hingga aktivitas kebudayaan di tiap daerah.
Alasan Pertama: Wahyu-wahyu selain Al-Quran dahulu turun secara beruntun, dimana tiap satu nabi selesai meneriman wahyu dan wafat maka datanglah nabi yang lain menggantikannya. Begitulah peristiwa tersebut terus berulang.
Baca Juga: Tips Membaca Satu Juz Al-Quran Setiap Hari
Dua Alasan Turunnya Al-Quran Sangat Istimewa
Hingga tiba masanya saat Nabi Isa diutus dan berakhirlah masa dakwahnya dengan diangkatnya ia ke langit, terputuslah wahyu. Selama 600 tahun terjadi kekosongan wahyu. Tidak ada interaksi antara langit dan bumi.
Bisa kita bayangkan bagaimana kondisi bumi saat tidak ada wahyu, para ahli sejarah mengatakan bahwa terjadi kekacauan yang teramat sangat.
Peperangan, kerusakan moral, kehancuran, perselisihan terjadi dimana-mana. Manusia haus dengan kekuasaan, harta, wanita dan lain-lain.
Sejarawan Inggris bernama Wells mengatakan bahwa pada masa itu adalah abad keputusasaan sejarah, tidak ada harapan lagi di Bumi ini.
Nabi sendiri pernah bersabdah:
“Sesungguhnya Allah memandang kepada penduduk bumi lalu Allah murka kepada seluruh penduduk bumi itu, baik yang arab ataupun yang non arab kecuali ada sisa sedikit dari ahli kitab”
Saat itulah Allah menurunkan Al-Quran kepada Nabi Muhammad untuk menunjukkan manusia kepada kebenaran. Kita tidak bisa bayangkan dengan kondisi kita saat ini, dimana kajian merebak dimana-mana meskipun banyak pula kerusakan.
Pada masa kekosongan wahyu, tidak ada sedikit cahaya yang bisa menerangi umat manusia. Mereka kebingungan dalam menentukan mana kebenaran dan mana yang tidak. Hanya sedikit saja ahli kitab yang tersisi, karena banyak pula ahli kitab yang melakukan penyelewengan terhadap wahyu.
Maka turunnya Al-Quran adalah waktu yang ditunggu-tunggu, dibutuhkan dan sangat istimewa bagi manusia.
Alasan kedua: Jika wahyu-wahyu sebelumnya turun kepada umat tertentu, di masa tertentu dan untuk tempat tertentu, maka berbeda dengan Al-Quran yang turun kepada seluruh umat manusia, di masa yang tidak terbatas hingga hari kiamat, dan pada seluruh belahan bumi manapun.
Allah telah menetapkan firman-Nya ini untuk mengatur dan menyelesaiakan urusan umatnya dari masa turunnya hingga hari kiamat.
Maha luas pengetahuan Allah atas apapun yang akan terjadi di muka bumi ini. Kita bisa saksikan bagaimana Al-Quran mampu menyelesaikan segala permasalahan umat manusia yang berbeda-beda dan silih berganti.
Ustaz Faris BQ pada salah satu kajiannya memberikan contoh tentang masalah rezeki. Dalam surah Adz-Dzariyat ayat 22 Allah berfirman:
فِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ
“Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu”
Kalimat “di langitlah rezekimu” menunjukkan bahwa sampai kapanmu rezeki untuk manusia tidak akan peran habis.
Berbeda jika Allah berkata “dari langitlah dikelurkan rezekimu,” maka ini bisa berarti bahwa rezeki yang Allah tetapkan dalam firman-Nya sejak turunnya wahyu bisa jadi telah habis.
Sebagaimana jika kita berkata, “Banyak jeruk di dalam rumah” dengan saat kita berkata, “Banyak jeruk dikeluarkan dari rumah.”
Maka kalimat pertama menunjukkan keberadaan jeruk yang tidak akan habis. Sedangkan kalimat ke dua menunjukkan bahwa jeruk-jeruk itu akan terus berkurang.
Betapa detail Allah memilih diksi hingga kekuatan makna dari Al-Qur’an ini bisa kita rasakan hingga saat ini. Dan benar saja, di situasi pandemi saat ini meskipun perekonomian sedang turun namun di pihak lain bisnis online semakin menjamur. Rezeki dari Allah akan terus ada hingga hari kiamat.
Itulah di antara sebab mengapa kita sangat diuntungkan dengan turunnya Al-Qur’an. [Ln]