ADAB dan keutamaan menjaga lisan dijelaskan oleh Ustaz Iman Santoso.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “ Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadits ini disebutkan dalam kitab Al-Adab imam Al-Bukhari no. 5672 dan Muslim bab memuliakan tetangga dan tamu no. 47.
Oleh karena itu dalam berkata atau berbicara, hendaklah setiap muslim memenuhi adab-adabnya, yaitu:
1. Berkata pada sesuatu yang bermanfaat baik dalam urusan dunia maupun akhirat.
2. Meninggalkan perkataan yang haram.
3. Tidak banyak berkata yang mubah, karena dapat mengantarkan pada yang makruh atau haram.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
4. Berkata sesuai ilmu, dan harus meninggalkan perkataan tanpa ilmu dan informasi yang benar.
5. Berkata pada sesuatu yang wajib, seperti dakwah, amar ma’ruf nahi mungkar.
6. Berkata yang ma’ruf (baik) dan secukupnya.
Imam An-Nawawi memberikan nasihat penting tentang bagaimana seseorang harus berhati-hati sebelum berbicara:
يَنْبَغِي لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَتَكَلَّمَ أَنْ يَفَكِّرَ قَبْلَ كَلَامِهِ، فَإِنْ ظَهَرَتِ الْمَصْلَحَةُ تَكَلَّمَ، وَإِلَّا فَإِنْ شَكَّ تَوَقَّفَ
“Hendaknya bagi seseorang yang hendak berbicara untuk berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara. Jika tampak adanya kemaslahatan, maka berbicaralah, namun jika ragu, maka tahanlah diri dari berbicara.” (Al-Adzkar, Imam An-Nawawi).
Adab dan Keutamaan Menjaga Lisan
Keutamaan Menjaga Lisan
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لَحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الجَنَّةَ
Dari Sahal bin Saad dari Rasulullah saw, bersabda, “ Siapa yang dapat menjaminku antara dua tulang rahangnya (mulut) dan antara dua kakinya (kemaluan), maka aku menjaminnya masuk surga.” (HR. Bukhari).
Keutamaan menjaga lisan sangat besar dan banyak sekali, tetapi secara umum sebagaimana hadits di atas yang paling utama adalah selamat dalam kehidupannya baik keselamatan dalam kehidupan dunia maupun keselamatan dalam kehidupan akhirat, yaitu bebas dari api neraka.
Di era sekarang banyak orang yang jatuh karena perkataannya.
Baca juga: Kewajiban dalam Menjaga Lisan
Bahkan ada yang menyebabkan dipenjara karena salah dalam menulis atau bicara di medsos, sehingga pelakunya diperkarakan, dipidana dan dipenjara disebabkan melanggar UU ITE.
Dampak terbesar, ketika salah dalam berbicara dengan berbagai macamnya, berupa sanksi atau hukuman di akhirat yaitu api neraka, jika tidak beristighfaar dan bertaubat.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits panjang disebutkan dalam hadits Arbain 29:
ثُمَّ قَالَ: «أَلَا أُخْبِرُكَ بِمَلَاكِ ذَلِكَ كُلِّهِ»؟ قُلْتُ: بَلَى يَا نَبِيَّ اللَّهِ، فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ: «كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا»، فَقُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟ فَقَالَ: «ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلَّا حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ»: «هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ»
Kemudian Rasul Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Maukan aku tunjukkan dengan kendali semua itu? Aku menjawab, “Mau wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Beliau menyentuh lidahnya lalu bersabda, “Jagalah ini.” Aku bertanya, “Wahai nabi Allah, apakah kita mendapat sanksi karena perkataan kita? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Bukankah manusia terjungkal wajahnya di neraka tidak lain karena sebab hasil panen (apa yang mereka peroleh) dari lisan-lisan mereka?“ (HR. At-Tirmidzi, hadits hasan shahih).[Sdz]