Chanelmuslim.com – Seiring dengan semakin beratnya tanggung jawab para sahabat, Abu Ubaidah semakin mantap di jalan kejujuran dan tanggung jawabnya.
Pernah ia diutus oleh Rasulullah untuk memimpin pasukan berjumlah kurang lebih 315 tentara dalam misi Perang Khabat.
Abu Ubaidah Semakin Mantap di Jalan Kejujuran
Bekal yang mereka miliki hanya sekeranjang korma. Padahal tugasnya sangat berat dan perjalanan yang harus ditempuh juga sangat jauh. Abu Ubaidah menerima tugas itu dengan senang dan ikhlas. Rombongan pun berangkat. Dalam sehari, setiap prajurit mendapat jatah bekal segenggam korma. Bahkan ketika perbekalan sudah sangat menipis, mereka kebagian jatah bekal satu korma per hari. Setelah persediaan korma habis, mereka mencari deaun tanaman Khabat, lalu ditumbuk dan diminum airnya.
Ya…, mereka tidak peduli lagi dengan rasa lapar. Yang ada di pikiran mereka adalah menyelesaikan tugas bersama pemimpin mereka yang telah dipilih oleh Rasulullah.
Rasulullah saw sangat sayang dan percaya kepada Abu Ubaidah. Ketika rombongan utusan Najran dair Yaman datang ke Madinah menyatakan keislaman mereka, meminta agar ada guru yang dikirim bersama mereka untuk mengajarkan Al-Qur’an, As-Sunah dan ajaran Islam, Rasulullah berkata kepada mereka,
“Baiklah, aku akan mengirim bersama kalian orang yang terpercaya. Dia benar-benar terpercaya. Dia benar-benar terpercaya. Dia benar-benar terpercaya.”
Mendengar sabda Rasulullah ini, setiap orang dari para sahabat berharap agar dialah yang menjadi orang itu, karena mendapat kesaksian sangat mulia.
Umar bin Khaththab berkata, “Aku sama sekali tidak suka jabatan. Namun kali ini aku menginginkannya, karena aku ingin mendapatkan keskaksian itu. Aku berangkat shalat zuhur di awal waktu. Setelah shalat berjamaah selesai, Rasulullah mengucapkan salam, melihat ke kanan dan ke kiri. Aku tampakkan kepalaku agar dilihat Rasulullah. Beliau terus mencari-cari hingga melihat Abu Ubaidah. Beliau memanggilnya, lalu bersabda, “Pergilah bersama mereka. Putuskan perkara mereka dengan kebenaran.” Maka, Abu Ubaidah berangkat mengemban tugas itu.”
Ia bukan berarti hanya Abu Ubaidah yang dipercaya oleh Rasulullah di antara sahabat-sahabat yang lain. Sekali lagi, tidak! Peristiwa ini menujukan bahwa Abu Ubaidah termasuk satu di antara orang-orang yang mendapatkan kepercayaan dan penghormatan itu. Selain itu, menurut satu dari mereka atau satu-satunya orang saat itu, menurut perhitungan kepentingan dakwah, bisa meninggalkan Madinah, dan mengemban tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Sebagaimana di masa Rasulullah saw, di masa setelah Rasulullah wafat, ia tetap menjadi orang yang terpecaya. Semua tugas ia laksanakan dengan penuh tanggung jawab yang patut dimiliki oleh seluruh umat manusia.
Ke mana pun panji Islam bergerak, ia berjalan di dibawahnya. Ketika sebagai prajurit, ia bagaikan seorang panglima, karena keistimewaan dan keberaniannya. Ketika sebagai panglima, ia bagaikan seorang prajurit biasa karena keikhlasan dan sikap rendah hatinya.
Tatkala Khalid bin Walid memimpin pasukan Islam dalam pertempuran besar yang menentukan, tiba-tiba Khalifah Umar mengeluarkan perintah pengangkatan Abu Ubaidah menggantikan posisi Khalid. Ketika berita itu diterima Abu Ubaidah dari utusan Khalifah, ia meminta utusan itu menyimpan berita ini. Abu Ubaidah sendiri mendiamkan permasalahan ini, layaknya seorang zuhud, bijaksana, dan terpercaya, hingga Khalid menuntaskan kemenangan pasukan Islam. Baru setelah itu, ia menghadap Khalid dengan penuh hormat dan memberikan surat perintah dari Khalifah.
Khalid bertanya,”Semoga Allah memberimu rahmat, wahai Abu Ubaidah. Mengapa kamu tidak sampaikan kepadaku saat kau terima surat ini?”
Abu Ubaidah menjawab, “Aku tidak ingin menghentikan peperanganmu. Bukan kekuasaan dunia yang kita tuju, dan bukan untuk dunia kita berbuat. Kita semua adalah saudara yang memperjuangkan agama Allah.”
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom