Oleh: Cahyadi Takariawan
ChanelMuslim.com–Tidak jarang keutuhan rumah tangga terkoyak oleh pihak ketiga. Sudah sering saya sampaikan tentang fenomena “tiba-tiba” dalam kehidupan rumah tangga yang menghancurkan keluarga. Di ruang konseling, sering djumpai suami yang menyatakan kekagetan, karena “tiba-tiba istrinya selingkuh”. Sering pula dijumpai istri yang menyatakan terkejut karena “tiba-tiba suaminya selingkuh”, atau bahkan karena ternyata “suami saya sudah menikah lagi”.
Sungguh aneh komentar “tiba-tiba” tersebut. Tidak bisa dimengerti bagaimana selingkuh dikatakan sebagai tiba-tiba. Hubungan hati suami dengan perempuan lain, atau seorang istri dengan lelaki lain, tidak pernah terjadi secara tiba-tiba. Ada proses yang sudah berjalan berminggu atau berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, namun tidak dirasakan gejalanya oleh pasangan. Padahal mereka hidup bersama dalam satu rumah, hampir setiap hari bertemu dan berkomunikasi sebagai suami isteri. Seakan semua tampak biasa saja, seperti tidak ada gejala yang berbeda.
Sesungguhnya yang terjadi bukanlah ketiba-tibaan, namun tidak dikenalinya perubahan-perubahan yang ada pada diri pasangan. Pasangan suami istri itu sudah lama berhenti saling mengenali, sehingga terkejut dengan kondisi yang ada pada pasangannya saat ini. Ternyata pasangan sudah melakukan hal yang tidak dikenal dan tidak diketahui, dalam waktu cukup lama.
Mengambil pelajaran dari kisah “ketiba-tibaan” tersebut, suami dan istri harus semakin pandai mengenali pasangan setiap hari. Hal ini diperlukan dalam rangka menjaga keutuhan keluarga, agar tidak mudah goyah bahkan karam oleh ombak permasalahan.
Ada sangat banyak cara untuk menjaga keutuhan keluarga. Yang paling penting adalah menguatkan pondasi hidup berumah tangga yang berupa motivasi atau niat. Kokohkan motivasi bahwa hidup berumah tangga adalah ibadah, bukan permainan atau sekedar bersenang-senang. Keluarga adalah unit yang sangat mendasar dalam membentuk peradaban kemanusiaan.
Selain hal yang bersifat pondasi tersebut, paling tidak ada empat hal praktis yang harus dilakukan suami dan isteri untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan rumah tangga.
1. Tingkatkan Kondisi Ruhaniyah Keluarga
Hal yang sangat fundamental dalam kehidupan berumah tangga adalah pondasinya. Pondasi hidup berumah tangga bercorak ruhaniyah, yaitu taqwa. Maka memupuk kecintaan kepada Allah, mendekatkan diri kepada Allah, mentaati aturan Allah, meneladani kehidupan Rasul mulia Saw, adalah pondasi kebahagiaan dan keutuhan berumah tangga. Tidak akan ada kebahagiaan dalam kemaksiatan. Tidak ada kemuliaan hidup dalam pelanggaran.
Maka hendaklah suami dan istri berlomba dan saling menguatkan dalam pendekatan diri kepada Allah. Saling menjaga untuk menetapi sunnah Rasulullah. Saling menjaga agar tidak terjerumus kepada tindakan yang menyebabkan murka Allah dan menjauh dari kebaikan. Perselingkuhan, penyelewengan, penyimpangan yang dilakukan oleh suami dan istri, jelas-jelas bertentangan dengan aturan Allah dan keteladanan Rasulullah. Hendaknya saling menjaga agar suasana spiritualitas atau ruhaniyah dalam keluarga selalu terjaga.
2. Kuatkan Bonding Bersama Pasangan
Kelekatan (bonding) yang kuat antara suami dan istri, menyebabkan mereka tidak mudah dipisahkan oleh peristiwa apapun. Bonding muncul dari kedekatan emosional antara suami dan istri. Apabila suami dan istri memiliki kelekatan secara emosional, membuat mereka selalu nyaman dan tersatukan. Berbagai percekcokan, pertengkaran, hingga perselingkuhan, adalahpertanda melemahnya bahkan hilangnya bonding antara suami dan istri.
Fenomena pelakor (perebut laki orang) dan pebinor (perebut bini orang) adalah istilah sarkasme yang tidak perlu ada, sepanjang bonding antara suami dan istri selalu terjaga. Bagaimana mungkin ada orang lain bisa masuk dan bahkan merebut suami, apabila ikatan dengan istri demikian lekat. Bagaimana pula ada orang lain bisa masuk dan bahkan merebut istri, apabila ikatan dengan suami demikian lekat. Tidak akan terjadi.
3. Hangatkan Komunikasi Sehari-hari
Sangat penting bagi suami dan isteri untuk selalu merajut komunikasi setiap hari. Kehangatan komunikasi akan menyebabkan suami dan istri selalu terhubung setiap saat. Jika tidak bisa komunikasi secara langsung karena sedang berpisah tempat, bisa lewat sarana teknologi seperti telepon, sms, chatting, email dan lain sebagainya. Harus ada ikatan hati dan rajutan perasaan, yang dibangun melalui proses komunikasi setiap hari.
Sekedar menyapa, “Apa yang sedang kau lakukan sekarang ? Bagaimana kabar anak-anak kita? Engkau sudah makan siang? Jangan lupa obatnya diminum siang ini”, dan semacamnya, sangatlah penting. Komunikasi rutin ini akan membuat suasana kedekatan antara suami dengan isteri, walaupun mereka sedang berada di tempat yang tidak sama.
4. Lakukan Evaluasi Perjalanan Rumah Tangga
Penting bagi semua keluarga untuk “berhenti sejenak” guna melakukan evaluasi dan introspeksi. Kehidupan rumah tangga akan berjalan monoton dan mekanis, jika tidak ada kesempatan evaluasi. Suami dan isteri harus meluangkan waktu untuk berbicara berdua, melakukan evaluasi terhadap berbagai kondisi dalam kehidupan rumah tangga.
Mungkin ada harapan suami yang tidak terkomunikasikan selama ini, mungkin ada harapan isteri yang belum tersampaikan kepada suami. Kesempatan itu harus dimanfaatkan untuk momentum memperbaiki diri, dan berusaha menyesuaikan dengan harapan dari pasangan.
Cara melakukan evaluasi ini tidak mesti dalam bentuk formal seperti dalam organisasi dengan membuat forum resmi. Bisa saja dilakukan sambil rekreasi, sambil mengisi waktu dalam perjalanan, sambil mengobrol saat ada kesempatan berdua di rumah, sambil berbaring sebelum tidur, dan sebagainya. Bukan soal bentuk ‘forum’nya, namun lebih kepada esensinya.
5. Lakukan Refreshing Cinta
Manusia adalah makhluk dinamis, yang mudah dilanda kebosanan apabila berada dalam suasana monoton dalam waktu lama. Makan nasi setiap hari ada juga rasa bosannya, maka sesekali waktu beras dimasak menjadi bubur, sesekali waktu nasi dimasak lagi menjadi nasi bakar dan nasi goreng. Sama-sama bahan beras, namun tidak membosankan untuk dimakan.
Demikian pula, kehidupan berumah tangga bisa mengalami titik kejenuhan. Tidak ada gairah, semangat dan kehangatan dalam menjalani kehidupan keluarga, karena terkikis oleh kesibakan masing-masing. Semuanya berjalan rutin dan mengalir begitu saja tanpa irama. Suami dan istri melakukan aktivitas rutin setiap hari, begitu saja setiap harinya.
Jika mengalami titik jenuh seperti ini, harus segera melakukan refreshing cinta. Gergaji saja harus sering diasah agar tidak tumpul dan selalu memiliki energi tinggi untuk menggergaji. Maka rumah tangga juga harus sering melakukan refreshing cinta agar tidak mengalami kejumudan dan kejenuhan.
6. Kenali Perubahan pada Pasangan
Jika pasangan sedang memiliki masalah, atau ketika pasangan sedang menjalin hubungan hati dengan orang ketiga, pasti ada gejala yang bisa dibaca. Orang yang sedang jatuh cinta, laki-laki maupun perempuan, hatinya berbunga-bunga. Hal itu akan terekspresikan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan dalam penampilan, perubahan dalam sikap, perubahan dalam pilihan kalimat dan kata-kata, perubahan dalam semangat, perubahan dalam pola kegiatan, termasuk dalam pengeluaran anggaran.
Penampilan menjadi semakin modis, rapi dan wangi, semakin peduli dengan keserasian warna, pilihan baju, pilihan asesoris dan lain sebagainya. Jika ada perubahan yang mencurigakan, hendaknya pasangan mewaspadai. Ajaklah berkomunikasi, apa yang sedang terjadi?
7. Menghadapi Masalah Bersama-sama
Ketika menghadapi konflik atau masalah dalam kehidupan berumah tangga, hendaknya suami dan istri pandai menempatkan diri. Sikap yang tepat dalam menghadapi setiap masalah adalah “kita hadapi bersama”. Suami dan istri menempatkan diri dalam posisi yang sama, dan menganggap bahwa itu adalah masalah mereka berdua yang harus dihadapi secara bersama. Tidak bijak seorang suami menyatakan, “Itu masalahmu, bukan masalahku”. Tidak bijak seorang istri menyatakan, “Itu masalahmu sendiri, aku tidak punya masalah itu”.
Kesediaan untuk menghadapi masalah secara bersama, membuat mereka berdua selalu disatukan oleh sikap dan posisi. Tidak berdiri berhadap-hadapan pada dua posisi yang terpisah, lalu saling menyerang secara kasar dan brutal, seakan-akan tidak ada lagi kasih sayang di antara mereka. Bukankah pernikahan mereka lakukan dengan sepenuh kesadaran dan tanggung jawab? Maka jika ada masalah juga harus dihadapi dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.
8. Melewati Proses Walau Rumit
Saat berada dalam kubangan masalah, suasana terasa menjadi rumit. Suami dan istri berada dalam suasana yang kaku dan saling asing, ada suasana tidak nyaman menyelinap di antara mereka. Hendaknya segera menempuh prosedur penyelsaian masalah, dan bersedia bersabar ddalam melewati proses untuk penyelesaian masalah serta penyatuan jiwa, walau seperti apapun rumitnya.
Jika pasangan suami istri bersedia melewati proses dan prosedur penyelesaian masalah, maka sesungguhnya tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Tidak ada masalah yang rumit, jika kedua belah pihak bersedia mengurai secara bijak, dan berusaha merajut kembali cinta yang mulai terkoyak karena adanya masalah. Masalah menjadi selesai, konflik bahkan berubah menjadi cinta, jika bersedia melewati proses dan prosedurnya.
Jika suami dan isteri selalu melakukan delapan hal di atas, akan bisa menjadi pondasi bagi keutuhan dan keharmonisan rumah tangga. Namun jika sudah tidak bisa berkomunikasi, tidak pernah ada evaluasi, tidak memahami gejala kejenuhan berumah tangga, dan tidak mempedulikan perubahan pada pasangan, akan mempercepat keretakan bahkan kehancuran hidup berumah tangga.[ind/pakcah.id]