ChanelMuslim.com – Anakku melakukan pelanggaran di sekolahnya. Namun, sebelum dilaporkan ke Dewan Tertinggi Guru. Dia dipanggil salah seorang guru utama atau kalau di kita biasa disebut ‘wakepsek’.
“Kamu ada masalah apa? Ceritakan saja pada Abi! (Abi adalah abang atau panggilan untuk guru di Turki) Percayalah pada Abi. Abi sayang pada kalian semua. Semua anak diboarding ini Abi sayang. Kita adalah keluarga. Percayakan masalah kamu pada Abi. Kita tanggulangi bersama tapi mohon jangan ulangi lagi.” Demikian kata sang ustadnya Zack di Turkye dalam bahasa Turki.
Zack berkata, “Aku jadi pingin nangis, Mi.” Demikian Zack yang berusia 16 tahun menceritakan kondisi selama di boarding school di Turki.
Umi yang mendengar jadi ingin nangis juga deh. Bahagia anaknya ada yang perhatikan selama di boarding. Selama jauh dari ibunya.
Kadang kita tidak tahu. Anak-anak kita diboarding akan ketemu sama siapa. Sama guru yang too demanding kah, atau yang jaim tidak keruan maunya dihormatin saja. Atau guru yang perhatian. Atau guru yang mengajar kecepatan tapi tidak dipahami oleh anak-anak. Atau guru yang hanya menjalankan kewajiban saja. Atau guru yang disiplin berlebihan. Sungguh kita tak tahu. Dan kita tak bisa memilih.
Tapi aku punya prinsip, aku baik saja sama anak orang. Baik dan perhatian sama anak didik. Baik sama orang. Perhatian sama orang. Insyaallah anak kita akan ada yang memperlakukan baik. Anak kita akan ada yang memperhatikan. Anak kita akan ada yang menyayangi dan ada yang membantu.
Lalu, “Umi jadi penasaran sama guru kamu yang namanya Ustaz Harun itu. Umi pingin belajar dari beliau. Kok bisa ya anak lelaki yang biasanya semau gue, jadi kena banget dinasehatin dari hati ke hati gitu sehingga sang anak berjanji banget gak akan buat pelanggaran lagi.”
Kerasa sekali kasih sayang mereka pada anakku. Terbukti sampai kepala sekolah tertinggi saja ingat menilai pelajaran Matematika anakku. Dan kasih sayang ini yang bikin anakku resah lalu merasa bersalah bila menyakiti hati guru-gurunya dengan melakukan pelanggaran.
Ah.. bisakah kita menjadi guru seperti itu? Jadi guru yang penyayang. Jadi anak-anak sayang ke kita dan kemudian mereka mau berubah dengan kesadaran sendiri. Pendekatan lewat hati dan sabar. As info, anakku melakukan pelanggaran peraturan asrama minggu lalu tapi anak dibiarkan ujian dulu, menenangkan diri dulu, lalu ketika hatinya siap, diajak bicara baik-baik dari hati ke hati.
Dan terbukti anakpun menceritakan hal ini dengan mata berkaca-kaca pada ibunya dan ibunya merasa juga di hati. Saya berharap banyak guru yang mengambil tindakan seperti ini. Ketika ada anak melakukan kesalahan, bersikaplah mengayomi atau menyayangi bukan selalu memarahi.
“Man la yarham la yurham. Barangsiapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayang. In ahsantum ahsantum li anfusikum, wa in asa’tum fa laha. Kalau kalian berbuat baik, kebaikannya untuk diri kalian sendiri, kalau kalian berbuat jahat, akibatnya akan menimpa kalian juga” (Al Isra)
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya.” (HR. Muslim)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: