KUNJUNGAN PM Malaysia ke Indonesia disambut antusias para pemimpin di tanah air. Dalam Leadership Forum yang digagas CT Corps, Anwar Ibrahim berkesempatan menyampaikan sejumlah ‘taushiyah’.
Selain sebagai Perdana Menteri, sosok Anwar Ibrahim sudah seperti guru dan sahabat untuk para pemimpin di tanah air.
Tidak heran jika diskusi terbuka yang menghadirkan pembicara tunggal, Anwar Ibrahim, disambut antusias para pemimpin. Hadir dalam forum itu para wakil ketua MPR, DPR, para Menteri, dan pengusaha swasta.
Acara yang diselenggarakan pada Senin (9/1) di Jakarta ini juga dipandu oleh pemimpin CT Corps, Chairul Tanjung. Anwar mengakui sangat dekat dengan Chairul Tanjung.
Sejumlah tema disampaikan suami dari Wan Azizah ini dengan begitu lugas. Setidaknya ada tiga bahasa yang kadang terucap dalam ‘taushiyah’ selama sekitar satu jam ini. Yaitu, bahasa Melayu, Inggris, dan Arab.
Kekhasan dari intonasi pidato Anwar yang menarik dengan segudang wawasan ini begitu menyedot perhatian hadirin.
Ia mengawali ceramahnya dengan mengungkapkan hubungan yang sangat sentimentil antara dirinya dengan Indonesia. “Indonesia ada di hati saya,” begitu kira-kira yang diungkapkan aktivis berusia 75 tahun ini.
Indonesia memang sebagai negara pertama yang dikunjungi Anwar sejak pada November lalu dilantik sebagai PM Malaysia.
“Saya banyak menimba ilmu dari tokoh-tokoh Indonesia,” ucap Anwar Ibrahim.
Di antara tema yang dibahas Anwar adalah pentingnya kekompakan antara Indonesia dan Malaysia dalam mengelola sumber daya ekonomi, nilai pendidikan generasi muda, supremasi hukum khususnya tindak pidana korupsi, demokratisasi, dan keberpihakan penuh terhadap keadilan dan kemakmuran rakyat.
Anwar mengungkapkan pengalaman pahitnya sewaktu di penjara. Memang, ia mengakui pengalaman itu begitu pahit, tapi hikmah yang ia dapatkan begitu besar.
“Apa yang saya alami saat itu memang begitu menyusahkan, tapi apa yang dialami rakyat jauh lebih menyusahkan lagi,” begitu kira-kira yang diungkapkan pendiri Partai Keadilan Rakyat ini.
Dari situlah, ia merasa perlu untuk secara ikhlas ‘mewakafkan’ dirinya untuk kemaslahatan rakyat.
Berkali-kali Anwar menyinggung soal pentingnya akhlak dalam berbagai aspek pembangunan. Mulai dari sektor pendidikan, ekonomi, hukum, dan politik.
Boleh jadi, menurut Anwar, kita meraih kemenangan dalam pemilu. Tapi, sejauh mana nilai akhlak dalam kemenangan itu yang kita pegang.
Begitu pun dalam pengelolaan ekonomi. Jangan sampai, masih menurut Anwar, ada jurang pemisah antara segelintir orang kaya dan begitu banyak orang miskin di kalangan bawah.
“Jangan terjebak tentang kemiskinan hanya dalam kalkulasi statistik. Misalnya, angka kemiskinan tinggal 15 persen. Tapi bagaimana jika dalam angka yang dianggap kecil itu terdapat keluarga kita yang kesusahan?” begitu seperti yang diungkapkan Anwar Ibrahim.
Anwar juga menekankan sisi humanisme dalam mengelola pemerintahan. Mengutamakan martabat, keadilan, seluruh rakyat harus menjadi perhatian penuh. Siapa pun mereka.
Ayah dari Nurul Izzah ini menyebut bahwa muslim dan non muslim di Indonesia tidak serumit di Malaysia. Tapi, menurutnya, jika kita komitmen untuk membangun kemaslahatan bersama, maka seluruh pihak akan memahami dengan baik, sehingga tidak ada polarisasi.
Terakhir, sekali lagi, mantan wakil PM di masa Mahathir ini mengungkapkan perasaan kedekatannya dengan Indonesia. Ia pun memohon dukungan penuh dari para pemimpin Indonesia dalam masa kepemimpinannya di Malaysia.
“Kalau sudah tentang Indonesia, Azizah (istri Anwar Ibrahim, red) sudah seperti cemburu!” seperti itu yang diungkapkan Anwar Ibrahim. [Mh]