Tuesday, March 9, 2021
Copyright . Disclaimer . Iklan . Redaksi
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase
No Result
View All Result
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Editorial

Serba Terbalik di Dunia Corona

April 22, 2020
in Editorial
0
0
SHARES
3
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegramLinkedin

 

ChanelMuslim.com- Hampir dua bulan corona ngetop di negeri kita. Sejumlah hal baru mulai tampak. Hal yang menjadikan sesuatu menjadi seperti serba terbalik. Terutama nilai-nilai yang seumur hidup seperti itu adanya, kini jadi terasa berbeda seratus delapan puluh derajat.

Apa saja? Berikut ini di antara yang kita rasakan dan alami.

Dua bulan lalu, hampir semua orang merasa risih dengan sosok orang yang tampil di tempat umum dengan penutup wajah. Apa pun alasannya. “Nggak sopan! Ekslusif!” Dan lain-lain. Bukan simpati yang didapat, justru curiga.

Kini, siapa pun yang ingin berada di tempat umum tidak ingin tampil tanpa penutup wajah. Bukan hanya kaum muslimah. Semua, termasuk tentara dan anak-anak. Bukan karena takut dihukum atau dipaksa, tapi karena corona.

Dua bulan lalu, keakraban ditandai dengan bersalaman yang erat atau berpelukan badan. Tapi kini, keakraban cukup ditandai dengan isyarat gerak tangan dengan tanpa bersentuhan. Bukan karena ada ajaran baru. Tapi, karena corona.

Dua bulan lalu, kesalehan seorang pria bisa diukur dari seringnya ia berkunjung ke masjid. Mungkin karena tujuan shalat atau majelis taklim. Kalau ada yang tetap di rumah hingga usai panggilan azan, ada indikasi kurang taat.

Tapi kini, justru yang tetap datang ke masjid saat panggilan azanlah yang ada indikasi kurang taat. Bukan karena ada nilai baru dari penafsiran ayat. Tapi, karena corona.

Dua bulan lalu, penuhnya masjid saat shalat Jumat di suatu kampung menunjukkan tingginya ketaatan umat Islam di kampung itu. Tapi kini, justru kampung yang masjidnya masih penuh saat shalat Jumat menunjukkan indikasi pembangkangan.

Dua bulan lalu, mal, bioskop, tempat wisata, adalah tempat impian sebagian orang untuk dikunjungi. Tapi kini, justru tempat-tempat itulah yang paling ditakuti untuk dikunjungi.

Bukan karena tempat-tempat tersebut tidak lagi nyaman. Atau harga-harga barangnya yang sudah tidak terjangkau. Tapi, karena corona.

Dua bulan lalu, orang yang empati adalah mereka yang suka mengunjungi sanak kerabat untuk berbagi cerita. Tapi kini, justru yang paling empati adalah mereka yang cukup bercerita dari jarak jauh tanpa saling mengunjungi.

Bukan karena ada perselisihan baru antar sanak kerabat. Tapi, karena corona.

Dua bulan lalu, sebagian pemuda menganggap kafe atau warung-warung pinggiran jalan sebagai tempat yang paling nyaman untuk bersantai. Tapi kini, justru di tempat-tempat itulah kerap terjadi pencidukan oleh aparat keamanan.

Bukan karena aparat keamanan lebih sadis atau kejam. Tapi karena corona.

Dua bulan lalu, kebanyakan orang menjadikan minyak wangi sebagai sesuatu yang selalu ada di saku atau tas. Tapi kini, ada sesuatu lain yang jauh diperhatikan orang dari sekadar minyak wangi, yaitu cairan pencuci tangan.

Dua bulan lalu, pemerintah memandang para pemudik dengan welas asih, peduli, dan serba ingin memudahkan. Tapi kini, siapa pun yang ingin tetap mudik akan ada hukuman atau denda.

Dua bulan lalu, orang-orang di kampung akan menyambut penuh suka cita kepada mereka yang berbondong-bondong pulang kampung. Tapi kini, siapa pun yang tiba di kampung akan dikurung dua pekan. Bahkan, ada yang diusir untuk kembali ke tempat asal.

Dua bulan lalu, dokter adalah profesi yang paling menyenangkan. Sedikit kesibukan, banyak menghasilkan uang. Tapi kini, profesi dokterlah yang paling beresiko kematian. Jangankan bergelimang uang, sekadar makan dan pulang ke rumah pun seperti terlarang.

Dua bulan lalu, kata negatif adalah ungkapan yang paling tidak disukai. Kini, justru kata positiflah yang paling ditakuti.

Dua bulan lalu, kantor dan sekolah akan menghukum pegawai dan siswanya yang beraktivitas di rumah saja. Tapi kini, justru kantor dan sekolahlah yang mewajibkan mereka untuk tetap di rumah.

Dua bulan lalu, Amerika dan Eropa menjadi negara kebanggaan yang diidolakan semua orang. Orang-orang bermimpi untuk bisa singgah di sana, sukur-sukur bisa menetap di sana. Tapi kini, dikasih uang pun orang berpikir tiga kali untuk sekadar mampir di sana.

Bukan karena Amerika dan Eropa tidak lagi cantik dan kaya. Tapi, karena corona.

Dua bulan lalu, ruang-ruang publik berpendingin udara menjadi tempat yang menyenangkan bagi semua orang. Tapi kini, tempat-tempat itulah yang paling dihindari.

Zaman corona, tanpa disadari, telah membentuk budaya baru yang sangat berbeda dari sebelumnya. Sebuah budaya tanpa banyak gerak, tanpa menghitung soal jarak, dan tanpa saling langsung bertatap wajah.

Ada sisi baiknya ketika orang-orang dipaksa untuk selalu bersama keluarga di rumah. Tapi, boleh jadi, akan tumbuh sisi buruk yang secara perlahan bisa tumbuh menjadi yang tidak kita inginkan. Yaitu, menjadi kurang peduli dengan yang di luar keluarganya.

Corona boleh jadi menjadi momen yang baik untuk menguji ketaatan umat untuk syariat yang baru dipahami sekarang. Bahwa, bukan perintah saja yang harus ditaati. Tapi, larangannya pun sama. Dan itu pun bagian dari sunnah.

Namun, jangan lengah. Karena kebiasaan berhari-hari, berpekan-pekan, bahkan bulan; dengan tidak menyambut seruan azan karena tetap ibadah di rumah akan membekas buruk untuk kemudian waktu. Beristigfarlah, karena ibadah wajib kita memang bagusnya tidak di rumah.

Jangan merasa aman dengan kita tidak ke masjid. Bermuhasabahlah, karena boleh jadi, bukan kita yang secara sadar tidak mau datang ke masjid karena corona. Tapi, karena Allah Yang Maha Agung merasa tidak perlu rumahNya dikunjungi kita-kita. (Mh)

 

 

ShareTweetSendShareShare
Previous Post

Jagung Alpukat Santan Keju, Resep Minuman Segar ala Faraleyama

Next Post

Lewat Aplikasi Zoom Baitul Wakaf Launching Program Ramadhan Produktif

Related Posts

Perawat Kucing di Masjid Al-Aqsha Meninggal karena Covid-19

Perawat Kucing di Masjid Al-Aqsha Meninggal karena Covid-19

January 22, 2021
Optimisme di Tahun Baru

Optimisme di Tahun Baru

January 21, 2021
Covid Kuat karena Kita Lemah

Covid Kuat karena Kita Lemah

January 25, 2021

Ibu di Hari Ibu

December 22, 2020

Ketika Berita Bisa Dipilih

December 18, 2020

Kelakuan Orang Betawi

December 3, 2020

Bima Arya atau Aria Bima?

November 30, 2020

Munas MUI 2020

November 25, 2020

Baliho Habib

November 23, 2020

Di Balik Fenomena HRS dan UAS

November 19, 2020
Next Post

Lewat Aplikasi Zoom Baitul Wakaf Launching Program Ramadhan Produktif

Direktur Baitul Wakaf: Esensi Ramadhan Produktif adalah Membantu Sesama

Terbaru

Kisah Ketabahan Nabi Muhammad dalam Menghadapi Ancaman Abu Lahab

Kisah Ketabahan Nabi Muhammad dalam Menghadapi Ancaman Abu Lahab

March 8, 2021
Mayoritas Pelajar Prancis Menolak Sekularisme yang Kaku di Negara Mereka

Mayoritas Pelajar Prancis Menolak Sekularisme yang Kaku di Negara Mereka

March 8, 2021
Kuliah D-2 Gratis di Pesantren Teknologi Informasi dan Komunikasi

Kuliah D-2 Gratis di Pesantren Teknologi Informasi dan Komunikasi

March 8, 2021
Gerakan Peduli Generasi Indonesia Gelar Aksi Rawat Moral Bangsa Tolak RUU P-KS

Gerakan Peduli Generasi Indonesia Gelar Aksi Rawat Moral Bangsa Tolak RUU P-KS

March 8, 2021
Bank Syariah Indonesia Dorong Sektor Otomatif Rilis BSI Oto Special 2021

Bank Syariah Indonesia Dorong Sektor Otomatif Rilis BSI Oto Special 2021

March 8, 2021
Jangan Sampai Kena Tipu saat Naik Tuk Tuk di Thailand

Jangan Sampai Kena Tipu saat Naik Tuk Tuk di Thailand

March 8, 2021
Swiss Memilih untuk Larang Pemakaian Burqa dan Niqab di Ruang Publik

Swiss Memilih untuk Larang Pemakaian Burqa dan Niqab di Ruang Publik

March 8, 2021
Gaya Baru Leadership ala JIBBS dan JIGSc – School Like Home

Gaya Baru Leadership ala JIBBS dan JIGSc – School Like Home

March 8, 2021
Listrik Panas Bumi harus Kompetitif, Jangan Hanya Andalkan Subsidi APBN

Listrik Panas Bumi harus Kompetitif, Jangan Hanya Andalkan Subsidi APBN

March 8, 2021
Event MUFFEST 2021 Segera Hadir dengan Brand Terbaik

Event MUFFEST 2021 Segera Hadir dengan Brand Terbaik

March 8, 2021

Terpopuler

  • Ucapkan Barakallah Sebagai Pengganti Selamat

    Ucapkan Barakallah Sebagai Pengganti Selamat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Cara Mengetahui Ragi Masih Aktif atau Tidak

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • 33 Pertanyaan yang Harus Ditanyakan Setiap Gadis Saat Taaruf

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Buka Aura, Bagaimana Hukumnya menurut Syariah?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hukum Memakai Kalung Salib

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sikap saat Melihat Orang Lain Mendapat Nikmat

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Dia Resep JSR untuk Demam Anak, Batuk dan Panas Dalam

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Gaya Baru Leadership ala JIBBS dan JIGSc – School Like Home

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hati-hati jika Anak sudah Keranjingan Ome TV

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Menghafal Quran Saat Usia 40 Tahun Inilah Pengalaman Prof. DR. Ir. Kudang Boro Seminar, Msc.

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • About
  • Advertise
  • Careers
  • Contact
Copyright . Disclaimer . Iklan . Redaksi

Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Sakinah
    • Pranikah
  • Ayah Bunda
    • Tumbuh Kembang
    • Parenting
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Kesehatan
    • Kecantikan
    • Komunitas
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Nasional
    • Foto News
    • Dunia
    • Palestina
    • Sekolah
    • Ekonomi
    • Opini
    • Editorial
    • Info Bisnis
    • Event
  • Khazanah
    • Ustadzah
    • Quran Hadits
    • Kisah
    • Nasihat
  • Konsultasi
    • Arsitektur
    • Kesehatan
    • Syariah
  • Galeri
    • Foto
    • Video
    • Komik
    • Market
  • Oase

Copyright © 2014 - 2021
Chanelmuslim.com - Media Pendidikan & Keluarga