ChanelMuslim.com- Rusia akhirnya melakukan invasi ke Ukraina. Perang di negara Eropa Timur itu pun tak terelakkan. Dalam dua hari ini, setidaknya 137 orang tewas di Ukraina dan 370 luka-luka.
Kekhawatiran dunia akan meletusnya perang di Ukraina akhirnya menjadi kenyataan. Rusia benar-benar menginvasi Ukraina. Sejumlah serangan Rusia menyasar berbagai target. Mulai dari fasilitas militer hingga permukiman sipil.
Sepertinya Eropa dan Amerika terlambat melakukan antisipasi. Sungguh pun perang sudah berkobar, Amerika dan Eropa belum melakukan bantuan secara militer.
Mereka seperti kurang kompak menghadapi nyali besar Rusia. Mungkin Eropa masih berhitung tentang Rusia. Ada ketergantungan asupan gas dari Rusia ke Eropa. Di tengah krisis energi ini, Eropa sepertinya tidak ingin mengambil resiko besar untuk negaranya.
Barat dan Amerika masih mencoba menekan Rusia melalui embargo ekonomi. Entah untuk sampai kapan. Sementara, perang bisa menelan banyak korban dalam bilangan detik.
Invasi Rusia sepertinya sudah direncanakan bersama Cina. Setelah pertemuan dua kepala negara itu pada 4 Februari lalu, Rusia yakin bisa menangkis manuver Amerika dan Eropa.
Inilah kekhawatiran dunia berikutnya. Invasi Rusia ke Ukraina, seperti nyali baru untuk Cina melakukan hal yang sama terhadap Taiwan.
Secara kasus, Ukraina bagi Rusia tak jauh berbeda dengan Taiwan bagi Cina. Yaitu, negara perbatasan yang aliansinya di kekuatan yang berbeda. Ukraina dan Taiwan adalah dua negara yang masuk dalam blok Amerika dan Barat.
Bayangkan jika dua perang ini terjadi dalam waktu yang bersamaan. Maka tidak ayal lagi, perang yang melibatkan begitu banyak negara akan tak terhindarkan. Saat itulah perang dunia ketiga benar-benar bukan lagi sekadar kekhawatiran.
Dampaknya begitu dahsyat. Yang jelas akan terjadi adalah kehancuran massif. Teknologi persenjataan saat ini mengutamakan massif destruction atau kehancuran massal. Sebuah strategi perang yang sangat menakutkan.
Dampak lainnya tentu ekonomi. Dunia saat ini tidak lagi bisa dibatasi negara per negara. Suatu negara yang jauh dari lokasi perang, tapi tetap akan memiliki dampak ekonomi yang sama.
Saat ini saja, sejumlah harga barang melonjak drastis. Mulai dari sektor energi seperti BBM, dan tidak tertutup kemungkinan sektor pangan. Negara yang mampu bertahan adalah mereka yang memiliki ketahanan pangan yang memadai.
Bagaimana dengan Indonesia? Bukan hal baru lagi, begitu banyak sektor pangan di Indonesia berasal dari luar. Mulai dari beras, produk sayuran, daging, bahkan kedelai yang 90 persennya berasal dari Amerika.
Indonesia mungkin saja berada jauh dari lokasi perang. Tapi dampak ekonominya, bisa sama-sama mematikan. Semoga hal itu tidak terjadi. [Mh]