ChanelMuslim.com – Presiden Amerika Serikat Donald Trump hari Kamis lalu di Gedung Putih menemui tokoh Muslim Uighur dan korban persekusi agama lainnya dari Cina, Turki, Myanmar, Korea Utara dan Iran.
Pertemuan ini merupakan bagian dari konferensi yang diselenggarakan oleh Kementrian Luar Negeri AS dengan topik persekusi agama, yang dihadiri oleh Wakil Presiden Mike Pence dan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.
Juru bicara kementrian luar negeri Cina melayangkan protes terhadap pertemuan tersebut.
Sebanyak empat orang dari 27 peserta pertemuan di Ruang Oval di Gedung Putih itu berasal dari Cina.
Mereka adalah Jewher Ilham, seorang Muslim Uighur; Yuhua Zhang, praktisi agama Falun Gong; Nyima Lhamo, seorang penganut Buddha Tibet; dan Manping Ouyang, penganut Kristan di Cina.
Ayah Jewer Ilham, Ilham Tohti, yang merupakan seorang profesor ekonomi dan advokat hak Uighur, dihukum penjara seumur hidup oleh pemerintah Cina pada tahun 2014.
Dalam pertemuan itu, Jewher Ilham bercerita kepada Trump tentang ayahnya yang tak pernah ia jumpai sejak 2017.
"Ia telah mendekam di penjara selama lima tahun dan kami tidak tahu berapa lama ia ada di sana. Saya tak pernah dengar kabar tentang dia sejak 2017, saat kamp konsentrasi dimulai. Siapapun yang bertanya tentang kabar anggota keluarga mereka, tidak akan pernah lagi kembali ke rumah," kata Jewher.
Hukuman terhadap Tohti menyebabkan pemerintah Cina mendapat kecaman dari Amerika Serikat dan lembaga-lembaga internasional.
Pemerintahan Trump meningkatkan sanksi terhadap para pejabat Cina berkaitan dengan kebijakan mereka di Provinsi Xinjiang – termasuk terhadap pemimpin Partai Komunis di provinsi tersebut.
Hubungan Amerika Serikat dan Cina sendiri sedang mengalami ketegangan karena perang dagang, di mana AS menuduh Cina melakukan praktik dagang yang tidak adil.
Pemerintah Cina menolak tuduhan bahwa mereka melakukan pelanggaran terhadap hak kebebasan beragama dan hak asasi manusia.
"Saya perlu tekankan bahwa di Cina, situasi yang disebut sebagai persekusi agama ini tidak ada," kata juru bicara Kementrian Luar Negeri Cina, Lu Kang, di jumpa pers di Beijing hari Kamis (18/07).
Lebih lanjut, Lu menyatakan, "Kami menuntut Amerika Serikat melihat dengan benar kebijakan agama dan status kebebasan beragama di Cina dan berhenti menggunakan isu agama untuk campur tangan terhadap urusan negara lain".
Turut hadir juga dalam pertemuan itu utusan dari Muslim Rohingya dari Myanmar, demikian menurut Gedung Putih.
Pihak yang juga hadir dalam pertemuan itu adalah korban persekusi agama dari negara-negara lain seperti pemeluk Kristen di Myanmar, Vietnam, Korea Utara, Iran, Turki, Kuba, Eritrea, Nigeria, dan Sudan; Pemeluk Islam di Afghanistan, Sudan, Pakistan dan New Zealand; pemeluk Yahudi di Yemen dan Jerman; pemeluk ajaran Cao Dai di Vietnam; serta pemeluk Yazidi dari Irak.
Pertemuan ini diselenggarakan di tengah kontroversi pernyataan Trump yang disebut rasis setelah ia mengkritik para politisi "untuk pulang ke negara asal". Pernyataan ini diarahkan kepada empat anggota kongres Amerika non kulit puith yang adalah warga negara Amerika Serikat.[ah/bbc]