ChanelMuslim.com – Di tengah meningkatnya sentimen anti Muslim di Amerika Serikat setelah serangan Paris, seorang perempuan memberanikan diri menunjukkan jiwa patriotisme sekaligus keimanannya dengan menggunakan hijab bermotif bendera Amerika Serikat di siaran TV Fox News.
Perempuan bernama Saba Ahmed, pendiri Koalisi Muslim pendukung Partai Republik, tampil di program berita Megyn Kelly untuk membela hak masyarakat Muslim di Amerika Serikat untuk beribadah dengan bebas.
Ia memilih untuk mengenakan hijab tersebut untuk menegaskan opininya.
“Saya memutuskan memakai jilbab bermotif bendera Amerika Serikat di detik-detik terakhir,” ujar Ahmed yang tadinya akan mengenakan hijab berwarna ungu.
“Perempuan-perempuan yang mendandaninya juga mengatakan hijab ini cantik. Saat akan memakai hijab ungu mereka bilang jika saya ingin menunjukkan pendirian saya, saya tidak boleh setengah-setengah,” tambahnya.
Selama acara berlangsung, dia harus berhadapan dengan juru bicara Donald Trump, calon presiden dari Partai Republik, yang menyebutkan masjid-masjid di Amerika Serikat harus ditutup untuk mencegah terorisme.
“Pesan yang ingin saya sampaikan adalah bahwa kami juga orang Amerika, kami adalah Muslim, dan kami pendukung Partai Republik. Kami harus dianggap dan diterima,” lanjut Ahmed.
Pilihan busana Ahmed menjadi sorotan di media sosial dan disinggung paling tidak lebih dari 800 kali sampai Kamis (19/11) lalu.
Seorang pengguna media sosial menulis, “Perempuan yang menggunakan bendera Amerika Serikat sebagai hijab harusnya memenangkan perhargaan.”
Pengguna media sosial lain menulis, ” Menyedihkan. Tentara AS meninggal untuk bendera itu. Itu bukan hijab.”
Yang lain memperbincangkan seberapa sering bendera AS dikenakan sebagai lambang patriotisme.
“Jika kalian semua mengizinkan perempuan lain menggunakan bendera AS di bikini/celana dalam maka perempuan Muslim juga boleh mengenakannya sebagai hijab.”
Respon negatif tidak menurunkan semangat Ahmed. Menurutnya komentar kebencian hanya menunjukkan betapa orang AS tidak peduli terhadap Islam, yang justru diserang oleh para pendukung di Twitter.[af/bbc]