ChanelMuslim.com – Lembaga keuangan mikro berbasis syariah, sesungguhnya memiliki potensi besar untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah (eksyar) di tanah air.
Selama ini upaya pengembangan ekonomi dan keuangan syariah masih dititikberatkan pada Perbankan Syariah, baik Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), maupun Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Namun selain itu, ada potensi berkekuatan besar yang mampu menjadi akselerator pertumbuhan eksyar, yakni Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dan Koperasi Pesantren (Kopontren) serta lembaga keuangan berbadan hukum Koperasi lainnya, yang masuk dalam kategori Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS), Unit Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (USPPS) Koperasi, maupun Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).
Pengembangan lembaga keuangan mikro berbasis syariah tersebut oleh Pemerintah dieksekusi dalam metode bantuan pendanaan yang digulirkan langsung secara tepat guna. Perguliran dana berbasis syariah secara tepat guna ini yang kerap diistilahkan sebagai pemberdayaan ekonomi umat. Yakni melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) dan pembinaan dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.
Di tingkat provinsi sendiri, Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur telah memberikan dana hibah untuk Lembaga Keuangan Mikro berbasis fungsional, guna menjadi Koperasi Karyawan (Kopwan) Berbasis Syariah. Bahkan telah terbentuk hingga 2.307 Kopwan Syariah hingga tahun 2015 dan terus berkembang. Potensi ini akan semakin kuat pengaruhnya bila diterapkan secara nasional.
Hal tersebut harus didorong dengan upaya yang cukup besar. Karena sampai saat ini, jumlah dan volume usaha lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah masih jauh dibandingkan dengan konvensional, sehingga perannya dalam perekonomian juga masih tergolong kecil.
Dari sisi perkembangan usaha, lembaga keuangan mikro yang berbasis syariah ini sempat mengalami pertumbuhan pesat dalam satu dekade (2003-2013). Lembaga keuangan mikro berbasis syariah seperti Baitul Maal Wat Tamwil bahkan sempat tumbuh di kisaran 40-50% di periode tersebut, namun kemudian mengalami penurunan yang signifikan mulai tahun 2014-2015.
Dalam lima tahun terakhir, lembaga keuangan mikro berbasis syariah juga menghadapi tantangan baik dari sisi pendanaan maupun penyaluran pembiayaan sehingga diperlukan adanya alternatif solusi yang mampu memperkuat pendanaan maupun skema penyaluran pembiayaan di lembaga keuangan berbasis syariah tersebut.
Dari kondisi tersebut, maka pemerintah dan Bank Indonesia dalam kegiatan Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) 2017 sepakat melakukan pengembangan eksyar, melalui tiga pilar Blueprint Pengembangan Ekonomi dan Keuangan Syariah yang terdiri dari :
1. Pemberdayaan ekonomi syariah
2. Pendalaman pasar keuangan syariah dan
3. Penguatan riset, asesmen dan edukasi
Kegiatan ISEF sendiri berlangsung mulai 7 sampai 11 November 2017 di Surabaya, dan menampilkan berbagai bentuk kegiatan seperti seminar, workshop, dan international working group meeting, focus group discussion yang melibatkan tokoh, pakar dan praktisi ekonomi dan keuangan syariah.
Opening ceremony ISEF akan dibuka pada 8 November oleh Presiden RI, Joko Widodo.
Pada ISEF juga terdapat Shari’a Fair sebagai ajang promosi dan mendekatkan produk dan jasa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Sumber: Bank Indonesia
(jwt)