Di kawasan miskin India, serangkaian madrasah Islam menawarkan anak-anak Muslim dan Hindu untuk mendapatkan pendidikan yang baik, di mana murid dari kedua agama tersebut bisa belajar bersama-sama.
“Kami memberikan pendidikan kepada anak-anak yang memiliki latar belakang miskin,” ujar Dr. Talat Qureshi, salah satu pelanggan dari Nida Mahila Mandal (NMM) yang mengoperasikan madrasah kepada OnIslam.net.
“Kami melihat banyak keluarga Hindu ingin memberikan pendidikan yang baik untuk anak-anak mereka, tetapi mereka tidak mampu.”
Ide madrasah NMM pertama kali muncul tujuh belas tahun yang lalu di negara bagian India distrik Mandsaur, Madhya Pradesh.
NMM dibentuk untuk membuka madrasah di seluruh kota, di mana anak-anak baik Islam dan Hindu bisa belajar.
Di distrik Mandsaur, ada banyak anak-anak Hindu yang belajar tentang agama Islam dan adat istiadat di madrasah.
Selain belajar dasar-dasar agama Islam, anak-anak Hindu juga belajar tentang enam belas ‘samskara’ (serangkaian ritual) agama Hindu, yang berasal dari kitab suci Hindu Gita dan Gayatri Mantra.
Saat ini NMM menjalankan 128 madrasah di dalam dan sekitar Mandsaur yang bermarkas di Madrasa Firdaus.
Pada 78 madrasah, anak-anak Muslim dan Hindu belajar bersama dan bahkan murid Hindu melebihi jumlah rekan-rekan Muslim mereka.
Beberapa madrasah memiliki nama Hindu dan non-Muslim seperti Gurukul Vidyapeeth, Nakoda, Sant Ravidas, Angel dan Jain Varhman. Sehingga banyak orang merasa sulit untuk percaya bahwa madrasah bisa memiliki nama seperti itu.
“Mereka (orang tua Hindu) ingin mendaftarkan anak-anak mereka di madrasah tetapi khawatir tentang pendidikan agama,” kata Dr Qureshi.
“Makanya kamu memberikan pendidikan agama Hindu di madrasah, orang tua Hindu tidak khawatir mendapatkan anak-anak mereka terdaftar di madrasah yang dijalankan oleh kelompok kami. Di bawah sistem ini, pendidikan berkualitas tinggi diberikan kepada siswa dengan biaya yang sangat rendah,” tambahnya.
Di tengah ketiadaan dukungan pemerintah di distrik, yang biasanya datang terlambat, madrasah NMM berhasil mengisi kekosongan penting dalam sistem pendidikan yang ada di India.
“Pemerintah memberikan hibah untuk 14 madrasah tetapi kita jarang mendapatkannya tepat waktu. Kami memberikan pendidikan modern pada madrasah kami dan mempertahankan standar pengajaran yang baik,” jelas Dr Qureshi.
“Murid belajar bahasa Hindi dan Inggris. Mereka dapat memilih antara bahasa Urdu dan bahasa Sansekerta sebagai bahasa ketiga. Tidak ada pembatasan pada pendidikan agama.
“Para murid memilih belajar bahasa Urdu ketika belajar dasar-dasar agama Islam, sementara yang lain memilih belajar bahasa Sansekerta untuk agama Hindu,” tandas Dr Qureshi.[af/onislam]