Pada saat Mahkamah Agung Rusia bersiap untuk membahas larangan jilbab di sekolah-sekolah, Mufti negara telah mengirimkan surat kepada Presiden Vladimir Putin, mendesak presiden untuk membela hak perempuan Muslim mengenakan jilbab di sekolah-sekolah dan universitas.
“Saya berbicara kepada Anda sebagai mufti dan sebagai seorang ayah – silakan melindungi nilai-nilai tradisional kita dan kami melindungi putri dan cucu kami – demi masa depan negara besar dan indah kami Eurasia,” tulis Ravil Gainutdin dalam surat terbuka yang diterbitkan awal pekan ini di situs Dewan Mufti Rusia.
“Hijab berarti” jilbab “dalam bahasa Arab dan Islam tidak menuntut bahwa setiap orang yang bukan Muslim memakainya. Hijab justru menyatakan prinsip kesederhanaan dan bukan ketelanjangan,” tulisnya.
Mufti menjelaskan bahwa suratnya itu dipicu oleh Mahkamah Agung Rusia yang berencana membahas larangan jilbab di sekolah-sekolah pada 11 Februari mendatang.
Ulama itu juga mengingatkan pemimpin Rusia bahwa 1 Februari lalu menandai hari hijab internasional.
Dia menambahkan bahwa jilbab juga ada di agama-agama Ibrahim lainnya dan budaya tradisional Rusia.
Dia menyalahkan adanya pengaruh asing terkait kontroversi baru-baru ini sekitar pakaian wanita Muslim.
“Melalui masalah jilbab pengaruh asing tertentu memaksakan pada kita intoleransi, anti-demokrasi dan tidak menghormat tradisi Eurasia serta persahabatan antar-etnis. Mereka mempolitisasi masalah rumah Gainutdin.
Federasi Rusia adalah rumah bagi sekitar 23 juta Muslim di utara Kaukasus dan selatan republik Chechnya, Ingushetia dan Dagestan.
Islam adalah agama terbesar kedua di Rusia yang mewakili sekitar 15 persen dari penduduk mayoritas Ortodoks berjumlah 145 juta orang.[af/onislam]