ChanelMuslim.com – Dua tahun pandemi, puluhan ribu ton sampah medis mulai banjiri lautan. Kondisi yang cukup miris ini memilukan hati. Apalagi, negara-negara di Asia menjadi penyumbang terbesar, yaitu 46%.
Dilansir dari The Guardian, para peneliti menemukan fakta bahwa sebanyak 26 ribu ton sampah plastik terkait Covid-19 hanyut ke laut, jumlah itu setara dengan 2.000 bus tingkat.
Studi itu mengungkapkan fakta 193 negara menghasilkan 9,2 juta ton sampah plastik terkait pandemi COVID-19. Penghitungan dilakukan dari awal pandemi terjadi hingga pertengahan Agustus 2021.
Berdasarkan penelitian di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, sampah-sampah di laut tersebut terdiri dari masker hingga sarung tangan.
Sebagian besar plastik—sekitar 87,4 persennya—berasal dari sisa pemakaian rumah sakit. Sementara itu, 7,6 persen berasal dari individu.
Sampah pengemasan alias bungkusan dan alat tes corona masing-masing menyumbang sekitar 4,7 persen dan 0,3 persen dari keseluruhan limbah.
Tim peneliti yang berasal Universitas Nanjing, China dan Universitas California, Amerika Serikat itu mengembangkan model untuk memprediksi berapa banyak sampah plastik ini berakhir di laut setelah dibuang.
Para peneliti dari China menemukan bahwa 46% sampah plastik itu berasal dari Asia karena level tinggi penggunaan masker di negara tersebut, kemudian diikuti oleh Eropa sejumlah 24%, dan Amerika Utara dan Selatan 22%.
Dalam sebuah studi pada bulan Maret, para peneliti menemukan seekor ikan terjerat sarung tangan medis, mereka menemukannya saat membersihkan kanal di Leiden, Belanda.
Sementara itu, di Brazil, selembar masker medis ditemukan dalam perut seekor penguin.
Diperkirakan pada 23 Agustus 2021, tepatnya ada 28.550 ton puing-puing plastik yang tersebar di lautan. Sampah-sampah itu hanyut dan berasal dari 369 sungai besar.
Sejak pandemi bermula, sebagian besar puing-puing itu bergeser dari permukaan laut menuju daratan seperti pantai hingga tenggelam di dasar laut.
Sayangnya, 70 persen sampah tersebut kembali ke daratan atau terdampar di pesisir pantai.
Baca Juga: Sayangnya, Indonesia Termasuk Penyumbang Sampah Plastik di Laut Terbesar di Dunia
Dua Tahun Pandemi, Sampah Medis Mulai Banjiri Lautan
Lewat pemodelan yang dilakukan para peneliti, dalam jangka pendek, sebagian besar sampah berdampak pada lingkungan pesisir di dekat sumber aslinya.
Sedangkan untuk jangka panjang, sampah-sampah tersebut bisa jadi berserakan, terakumulasi dan menumpuk di laut terbuka.
“Pandemi COVID-19 baru-baru ini menyebabkan naiknya permintaan plastik sekali pakai, (ini) meningkatkan tekanan pada masalah yang sudah di luar kendali ini,” tulis para peneliti.
“Temuan ini menyoroti sungai dan daerah aliran sungai hotspot yang memerlukan perhatian khusus dalam pengelolaan sampah plastik.”
Pemodelan para peneliti juga memprediksi zona akumulasi plastik sirkumpolar akan terbentuk pada tahun 2025.
Pada akhir abad ini, 28,8 persen sampah plastik terkait pandemi diprediksi akan berakhir di dasar lautan dan 70,5 persen lainnya terdampar di pantai. Kabar buruknya, limbah medis itu berpotensi merusak ekosistem lautan.
Jadi Sahabat Muslim, tingkatkan pengetahuan mengenai manajemen pembuangan sampah medis ya agar tidak turut mencemari lautan.[ind]