ChanelMuslim.com—Pertumbuhan dan perkembangan media massa di Indonesia dari Orde Baru hingga era reformasi berjalan secara dinamis. Dari berbagai macam media massa, media elektronik, khususnya televisi, memiliki pengaruh yang dominan di Tanah Air.
Hal itu karena varian acara teve yang beragam dan banyak menghibur ketimbang sajian informatif. Tayangan seperti sinetron, reality show, dan infotainmen, menjadi daya tarik penonton, sehingga belanja iklan pun banyak dihabiskan di media audio visual ini.
Dewan Pers memaparkan masalah tersebut saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi I DPR di Jakarta, Kamis (14/7/2016). “Meski demikian, kekerasan dan sadisme masih tersebar di berbagai acara teve, misalnya tayangan aksi demonstrasi, sinetron, dan infotainmen,” kata Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo.
Menurut pria yang akrab disapa Stanley, itu tak hanya di media teve saja kekerasan dan sadisme muncul, tapi juga di berbagai media lainnya. Dewan Pers, menurutnya, sudah kerap mengingatkan media massa soal konsistensi penegakan etika media berupa sensor tayangan maupun pemberitaan yang mengandung kekerasan dan sadisme, perlindungan korban di bawah umur, pembluran gambar/foto, dan lainnya.
Selain menyinggung soal tayangan kekerasan di media, Dewan Pers juga mengemukakan soal media abal-abal yang masih banyak terdapat Indonesia. “Media online itu jumlahnya paling banyak. Sebagian masih belum berbadan hukum dan tidak mencantumkan alamat redaksinya sehingga jika ada aduan dari narasumber berita atau masyarakat, Dewan Pers sulit menanganinya,” terangnya.
Dewan Pers berharap kasus-kasus aduan ke media massa tidak diselesaikan melalui hukum perdata maupun pidana, namun merujuk kepada ketentuan yang telah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers. “Dewan Pers memiliki kewajiban menjadi mediator terkait dengan masalah yang timbul dalam persengketaan akibat tayangan maupun pemberitaan pers,” ujarnya. (mr/foto:rri)