AWAL puasa tahun ini kemungkinan berbeda antara Muhammadiyah dan Pemerintah. Muhammadiyah menetapkan awal puasa 1 Maret, sementara rukyatul hilal kemungkinan sulit dilihat.
Hal tersebut disampaikan pakar astronomi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin seperti dilansir di channel Youtubenya, Senin (24/2).
Menurut Djamaluddin, rukyatul hilal pada hari Jumat (28/2) baru terlihat di wilayah Banda Aceh dengan ketinggian bulan 4,5 derajat dan sudut elongasi 6,4 derajat. Angka ini lebih besar dari yang disyaratkan MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura).
Namun, di beberapa wilayah Indonesia bagian tengah dan timur, angkanya masih belum mencapai syarat itu. Seperti di Surabaya, sudut elongasinya baru sebesar 5,8 derajat.
Dari data ini, ada kemungkinan pada Sidang Isbat Jumat (28/2) esok, syarat rukyatul hilal masih belum terpenuhi. Dengan begitu, pemerintah akan memutuskan bahwa awal puasa jatuh pada Ahad, tanggal 2 Maret 2025.
Sementara itu, PP Muhammadiyah sudah mengumumkan bahwa awal puasa jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Hal ini menurut perhitungan hisab bahwa pada Jumat (28/2), bulan sudah berada di atas ufuk. Dengan begitu, sudah ada wujudul hilal.
Perbedaan cara melalui hisab dan rukyah inilah yang bisa menghasilkan perbedaan awal bulan hijriyah, termasuk awal Ramadan dan Syawal.
Namun begitu, masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan perbedaan ini. Dan sudah saling menghormati satu sama lain. [Mh]