ChanelMuslim.com – Tentang hukum gadai. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Ustaz, bagaimanakah hukum gadai dan menggunakan barang gadai? Misal: si A ingin menggadaikan tanahnya Rp 100 juta.
Apakah kita boleh memanfaatkan tanahnya untuk keperluan bertanam?
Dijawab Oleh: Ustaz Farid Nu’man Hasan0 Hafizhahullah..
Baca Juga: Suami Menggadaikan Motor Istri Diam-diam, Ini Pembagian Harta Menurut Islam
Tentang Hukum Gadai
Wa’alaikumussalam wa Rahmatullah wa Barakatuh. Gadai pada dasarnya boleh, dan itu tertera dalam Al Qur’an:
وَإِنْ كُنْتُمْ عَلَى سَفَرٍ وَلَمْ تَجِدُوا كَاتِبًا فَرِهَانٌ مَقْبُوضَةٌ فَإِنْ أَمِنَ بَعْضُكُمْ بَعْضًا فَلْيُؤَدِّ الَّذِي اؤْتُمِنَ أَمَانَتَهُ وَلْيَتَّقِ اللَّهَ رَبَّهُ وَلَا تَكْتُمُوا الشَّهَادَةَ وَمَنْ يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُ آَثِمٌ قَلْبُهُ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ
“Jika kamu dalam perjalanan [dan bermu’amalah tidak secara tunai] sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang [oleh yang berpiutang].
Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya [utangnya] dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu [para saksi] menyembunyikan persaksian.” (Q.S. Al Baqarah: 283)
Selain itu, tertera dalam hadits Shahih Bukhari:
وعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ:
تُوُفِّيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَدِرْعُهُ مَرْهُونَةٌ عِنْدَ يَهُودِيٍّ بِثَلَاثِينَ صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ. رواه البخاري.
Dari ‘Aisyah Radhiallahu ‘Anha berkata: Saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wafat, beliau menggadaikan perisai perangnya kepada seorang Yahudi dengan 30 sha’ biji-bijian. Yang penting syaratnya terpenuhi: – barang yang digadai memiliki nilai ekonomi – barang yang digadai mesti dipegang yang memberi utang – pengutang mesti melunasi utang kalau sudah jatuh tempo – kalau tidak bisa, maka pengutang berhak menjualnya untuk membayarkan utang tersebut – barang gadaian tidak boleh dipakai selama masih dalam status gadai. – dan tidak boleh ada riba saat pengembalian uangnya.
Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
عقد الرهن عقد يقصد به الاستيثاق وضمان الدين وليس المقصود منه الاستثمار والربح، وما دام ذلك كذلك فإنه لا يحل للمرتهن أن ينتفع بالعين المرهونة، ولو أذن له الراهن، لانه قرض جر نفعا، وكل قرض جر نفعا فهو ربا.
Akad gadai adalah akad yang dengannya bermaksud untuk menjaga dan menjamin utang, bukan untuk mengambil keuntungan dan hasil, selama akadnya seperti itu maka dilarang si pemberi pinjaman memanfaatkan harta gadaian, walapun diizinkan oleh penggadai, karena itu menjadi pinjaman yang membuahkan untung, maka setiap untung yang didapatkan dari pinjaman maka itu Riba. (Fiqhus Sunnah, 3/156)
Demikian. Wallahu A’lam. [Cms]
Sumber: Alfahmu.id, website resmi Ustaz Farid Nu’man.