ChanelMuslim.com- Hidup berumah tangga itu seperti menaiki perahu. Ada nakhoda, ada penumpangnya. Tapi, perahu tidak selalu berjalan mulus. Ada gelombang, ada juga badainya.
Banyak hal yang bisa “menggoyang” keharmonisan rumah tangga. Dan hal itu bisa datang mendadak, dan berasal dari mana saja.
Ada rumah tangga yang berhasil mengendalikan “goyangan” itu. Tapi, tidak sedikit juga yang akhirnya gagal.
Berikut ini tips bagaimana menyiasati keharmonisan rumah tangga. Tentu dengan pendekatan kasus yang muncul dan menjadi sebab.
Terlalu Lama Menunggu Buah Hati
Sebuah kelaziman jika suami istri mengharapkan hadirnya buah hati. Setelah anugerah cinta mereka terpenuhi, mereka pun mulai menanti datangnya cinta buah hati.
Namun, tidak semua yang dinanti tiba pada waktunya. Tidak semua yang dianggap wajar datang, hadir pada waktu yang diinginkan. Ada penantian. Ada kegelisahan. Ada juga keputusasaan.
Saat itulah, suami istri merasakan bosan. Sampai kapan yang dinanti itu akan datang. Dan hal itu mulai berdampak pada goyangan keharmonisan rumah tangga.
Tips berikut ini boleh jadi bisa membantu. Setidaknya, bisa meluruskan hal yang mulai bengkok. Antara lain.
Satu, anak itu anugerah Allah subhanahu wata’ala.
Inilah nalar yang didasari keimanan. Bahwa, anak itu bukan konsekuensi logis dari terjadinya hubungan suami istri. Wasilah itu memang benar dan sunnatullah bahwa anak lahir dari hubungan suami istri.
Namun, hubungan suami istri tidak serta merta pasti akan menghasilkan anak. Anak memang hasil dari proses pertemuan itu. Tapi ada tidaknya, jadi gagalnya, seratus persen kehendak Allah. Bukan suami istri itu sendiri.
Dua, jangan lelah doa dan ikhtiar.
Di situlah ujiannya. Jangan pernah menanyakan kenapa ujian ini hanya kami yang merasakan. Kenapa begitu banyak suami istri berjalan normal-normal saja.
Allah berkehendak memilih hamba-hambaNya yang pantas diuji. Dan selalu ada kebaikan di balik semua ujian Allah.
Yang bisa dilakukan adalah doa dan ikhtiar. Dan inilah lahan amal soleh yang Allah sediakan untuk bisa kita isi dengan baik.
Tentunya, ikhtiar yang dilakukan dengan cara yang baik dan halal. Bisa dengan pengobatan herbal, atau lainnya. Yang penting ikhtiar itu tidak menyalahi syariat Islam.
Jika dan doa dan ikhtiar terus-menerus dilakukan, selanjutnya sikap kita adalah tawakal. Yaitu, menyerahkan hasil sepenuhnya kepada Allah.
Tiga, jangan pernah saling menyalahkan.
Sekali lagi, kelahiran anak memang hasil proses hubungan suami istri. Tapi ketika ada hambatan, jangan dicap sebagai kegagalan salah satu pihak. Apakah itu suami atau istri.
Karena hal itu justru akan menurunkan kepercayaan diri suami istri. Selain mungkin akan meretakkan hubungan harmonis keduanya. Teruslah berusaha, dan bersabar dengan hasil yang ada. [Mh]