ChanelMuslim.com—Presiden Joko Widodo mengundang pucuk pimpinan Majelis Ulama Indonesia, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah ke Istana Negara, Selasa (1/11/2016). Pertemuan yang dikaitkan dengan situasi menjelas aksi demo akbar ‘Bela Islam II’ yang bakal digelar pada 4 Nopember, itu membuat Ketua Umum Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak tak puas. Kenapa?
Saat diberikan kesempatan mengajukan pertanyaan dan saran, setelah masing-masing Ketua Umum ketiga organisasi massa Islam itu mengemukakan pikirannya di depan Presiden, Dahnil melontarkan pertanyaan serta saran.
“Pak Presiden, izinkan saya menyampaikan dua Hal. Pertama adalah pertanyaan, kedua adalah Saran,” ujar Dahnil. Dia mempertanyakan Presiden Jokowi yang hanya mengundang tokoh-tokoh agama dari tiga unsur yakni Muhammadiyah, MUI dan NU. “Karena Ada kesan di luar sana Pak Presiden sedang memecah belah kami umat Islam,” tutur Dahnil.
Menurutnya, di luar pasti berkembang perspektif Muhammadiyah, MUI dan NU sudah ‘dikangkangi’ oleh Presiden. Mereka, lanjut Dahnil, beranggapan pasti tidak bisa bersikap obyektif lagi, “Padahal Seperti Pak Presiden ketahui sikap Muhammadiyah, MUI dan NU sudah jelas. Mengapa saudara-saudara kami yang ingin memobilisir demo itu tidak diundang juga? Saya Kira alangkah baiknya dan arifnya jika mereka diundang dan diajak untuk berdialog,” terangnya.
Dahnil kemudian mengemukakan sarannya pada Presiden Jokowi agar sebagai kepala negara dirinya semestinya menyatakan dengan tegas dan terang terhadap penista Alquran. Jika pun Ahok terbukti menistakan Alquran, harus ditindak secara hukum. “Pidato Seperti itu penting Pak Presiden. Sampaikan seperti seterang dan setegas Bapak menyampaikan akan lawan Pungli serupiah pun, agar umat tenang dan yakin,” katanya.
Mendapat pertanyaan seperti kritis seperti itu, Presiden Jokowi menjawabnya secara diplomatis. “Kalau tidak berjalan dengan baik, baru saya turun tangan. Saya tidak melindungi Ahok, saya bertemu dengan Ahok dalam kaitan sebagai Presiden dan gubernur saja,” kata Dahnil menirukan ucapan Jokowi.
“Penting hari ini kita membangun kultur ekonomi, politik, sosial dan budaya yang kuat untuk menjawab masalah kesenjangan antarwilayah. Nah, salah satunya ya melalui revolusi mental itu. Hari ini kita terlalu banyak memproduksi undang-undang dan, mohon maaf, orientasinya proyek. Dikit-dikit hukum, dikit-dikit hukum Padahal nilai etika di atas hukum, maka revolusi mental penting” ujar Jokowi.
Walaupun mendapat jawaban yang singkat, Dahnil merasa yang penting Presiden Jokowi telah menanggapi apa yang dia sampaikan. “Meski tak puas, setidaknya sudah saya sampaikan pendapat saya ke Presiden,” tandasnya. (mr/berbagai sumber)