ChanelMuslim.com- Hubungan suami istri itu ajaib. Terus-menerus berdua, tapi tidak membosankan. Bahkan selalu ada kejutan.
Maha Suci Allah yang telah menciptakan segala sesuatu berpasangan. Dari berpasangan itu ada keseimbangan.
Alam semesta pun Allah ciptakan berpasangan. Tentu dengan sunnatullah atau hukum-hukumnya masing-masing. Dan dengan begitulah alam semesta ini Allah ciptakan dalam keseimbangan.
Kejutan adalah sisi lain dari dinamika sebuah keseimbangan. Dengan kejutan, keseimbangan bergeser dari hukum atau keadaan yang lama menjadi yang baru.
Musibah dan anugerah merupakan kejutan-kejutan yang Allah turunkan agar keseimbangan menjadi dinamis. Dan, tidak membosankan. Antara lain, badai, gempa, berlimpahnya rezeki, dan lainnya.
Begitu pun dalam dunia suami istri. Selalu ada kejutan-kejutan yang menjadikan hubungan sakral itu menjadi tidak membosankan. Antara lain.
Kabar tentang Anak Sarjana
Untuk suami istri yang sudah melalui waktu dua puluh tahunan lebih berumah tangga akan merasakan kejutan lain. Yaitu, kejutan ketika anak menjadi sarjana.
Kejutan ini dirasakan semua kalangan suami istri. Baik mereka yang sebagai sarjana, terlebih lagi yang tidak sarjana.
Bagi yang sarjana, meski kejutan ini bisa dianggap biasa, setidaknya mereka bisa mewariskan tongkat estafet capaian pendidikan di keluarga. Kalau perlu, sarjananya bukan yang biasa. Tapi yang istimewa, atau cumlaude.
Bagi yang tidak sarjana, kejutan ini sangat luar biasa. Segala jerih payah selama ini terbayarkan. Inilah capaian baru anggota keluarga yang akan diwariskan ke anak cucu selanjutnya.
Potret kejutan ini diakomodir oleh pihak universitas sebagai pengalaman istimewa para suami istri. Mereka diundang datang berdampingan untuk menyaksikan penyerahan gelar sarjana putera-puteri mereka.
Terlebih lagi bukan hanya satu anak mereka yang menjadi sarjana. Tapi, dialami berturut-turut sesuai urutan kelahiran putera-puteri mereka.
Capaian pendidikan buat suami istri yang kini menjadi orang tua senior merupakan warisan garansi kenyamanan hidup putera-puteri mereka. Suatu saat, mereka akan melepas putera-puteri itu untuk menghadapi kehidupan tanpa mereka.
Di sinilah kelegaan, kepuasan, dan rasa syukur menjadi satu. Soal takdir baik buruk memang bukan wilayah mereka. Tapi, bukti ikhtiar maksimal ini akan menjadi kebanggaan mereka. [Mh]