ChanelMuslim.com- Dunia ini manis dan hijau. Manis dari segi rasanya dan hijau dari daya tariknya. Kalau saja hijab dunia dan akhirat dibuka, tak seorang pun yang akan memikirkan manis dan hijaunya dunia.
Yang kita tahu tentang hidup ini adalah tentang dunia. Karena tak seorang pun di dunia ini yang pernah mengalami hidup di akhirat. Sementara yang sudah di akhirat tak pernah berkunjung ke dunia untuk berbagi cerita.
Sejak pertama kali kita mencicipi makanan dan minuman, dan segala kenikmatan lain, semuanya tentang yang ada di dunia. Makanan dunia, minuman dunia, dan kenikmatan dunia.
Semua yang ada di dunia nyata dan terasa: dapat dilihat mata, bisa disentuh, dinikmati oleh indra manusia, dan lainnya.
Sementara yang tentang akhirat sangat ghaib. Belum pernah ada yang melihat surga dan neraka. Alam barzhah pun tak terlihat. Belum pernah ada testimoni siapa pun tentang alam kubur ini.
Membandingkan dua alam ini, sulit akan bisa dicerna jika tanpa iman yang mantap. Selalu saja yang bisa dilihat, disentuh, dan dirasakan yang akan mendominasi. Sementara tentang alam kubur dan akhirat yang ghaib, muncul tenggelam sesuai kapasitas iman masing-masing orang.
Perintah ibadah itu nyata. Beramal soleh itu kongkrit. Sementara ujiannya, imbal balik dari jerih payah itu masih dalam dunia ghaib.
Andai saja pahala dalam bentuk saldo rekening bank, tentu akan sedikit orang yang bermalas-malasan ibadah dan amal soleh. Karena pahala begitu menggiurkan ketika bisa dilihat, diraba, dan dirasakan. Akan terasa bodoh sekali orang yang enggan ibadah dan beramal soleh.
Namun inilah aturan mainnya. Dan ini pula tingkat kesulitan dan ujiannya. Sesuatu yang usahanya jelas, pengurangan uang dan asetnya terlihat, tapi dibayar dengan kalkulasi yang ghaib.
Tentu bukan karena Allah tidak mampu membayar pahala manusia dengan cara itu. Hal itu sangat mudah bagi Allah. Tapi, bukan materi itu yang Allah setarakan dengan nilai ibadah dan amal soleh. Pada saatnya, semua manusia akan mampu melihat nominal pahala yang nilainya tak sebanding dengan apa pun di dunia ini.
Kadang hijab tentang ghaib akhirat itu Allah buka. Dan biasanya dialami oleh mereka yang sudah berada di pintu gerbang akhirat, yaitu sekarat saat kematian.
Hijab ini pun Allah buka. Tentang surga Allah buka, dan tentang neraka juga Allah buka. Walaupun, hanya dibuka sedikit.
Jangan heran jika menemukan orang yang mati dalam ekspresi ketakutan. Dan jangan heran pula ada yang mati dalam ekspresi bahagia: senyum yang merekah.
Orang yang melihat siluet surga di akhir hayatnya, tentu tidak ada masalah. Sementara yang melihat siluet neraka, ia begitu ketakutan.
Orang yang dalam penyesalan ini pun mengatakan, “Wahai Tuhanku, tundalah ajalku beberapa saat. Niscaya aku akan bersedekah dan menjadi orang soleh.”
Sayangnya, yang sudah mampu melihat siluet-siluet itu, tak akan pernah mendapat penundaan ajal, sedetik pun. Dan jadilah hijab yang terbuka itu sebagai momen penyesalan tiada akhir.
Betapa tidak, hidup di dunia yang hanya dalam bilangan tahun, harus ditebus dengan balasan akhirat yang tiada mengenal waktu, alias abadi.
Semoga hijab itu sesekali bisa kita singkap dari gambaran-gambaran ayat Al-Qur’an yang membekas dalam hati. Hal ini agar yang manis dan hijau tentang dunia itu tidak menjebak kita pada penyesalan panjang tanpa akhir. [Mh]